pbl 6 omsk
TRANSCRIPT
Laporan Problem Based Learning (PBL) VI
BLOK NEUROLOGY AND SPESIFIC SENSE SYSTEMS (NSS)
Otitis Media Supuratif Kronik
Tutor
dr. Miko Ferine
Kelompok 9 :
G1A008027 Tini Rohmantini
G1A008028 Nikita Rachel Ajani
G1A008029 Erli Nur Ramdhan
G1A008074 Aniek Marsetyowati
G1A008075 Novita Widia Aryani
G1A008076 Dian Kristiani Ika O
G1A008117 Novania Indriasari
G1A008118 Hamidatul Ulfah
G1A008119 Rijal Maulana M
G1A007109 Winda Astuti
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Pbl atau problem base learning adalah salah satu proses pembelajaran
pada fakultas kedokteran yang bertujuan agar mahasiswa mau menggali tentang
masalah yang diberikan saat diskusi bersama kelompok kecil, dengan sistem 7
jump dengan more info kami sebagai mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
kasus apa yang sedang kami hadapi dan mengetahui bagaimana cara
menanganinya.
Pada PBL pertama di blok NSS ini kami diberi kasus yang berhubungan
dengan sistem saraf, kasus yang keempat adalah
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario:
Cairan apa ini???
Anak benty, umur 12 tahun diantar ibunya ke tempat praktek dokter umum
dengan keluhan utama keluar cairan dari telinga kanan. Keluhan tersebut
dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Cairan yang keluar berwarna kekuningan, kental
dan tidak berbau. Ibu pasien mengeluh, pendengaran anaknya agak berkurang
sejak keluar cairan. 1 hari sebelum keluar cairan, Benti baru saja berenang di salah
satu objek wisata air dikotanya.
Kira-kira 2 bulan yang lalu, penderita mengeluhkanha yang sama, keluar cairan
kental, disertai batuk berdahak, dan demam tinggi. Penderita hanya dibawa ke
mantra desa, dan cairan berhenti setelah minum obat 3 hari.
Info I
Info II
Info III
Info IV
Batasan Masalah
Identitas : Benty
Umur : 12 Tahun
Keluhan utama : Keluar cairan dari telinga kanan
Onset : 1 hari yang lalu
Kronologi : 1 hari sebelumnya habis berenang
Kualitas cairan : berwarna kekuningan, kental tidak berbau
Keluhan penyerta : penurunan pendengaran sejak keluar cairan
RPD : 2 bulan yang lalu mengelu hal yang sama disertai
batuk berdahak an demam
Riwayat pengobatan : ke mantra desa, cairan berhenti setelah 3 hari
minum obat
Identifikasi Masalah
1. Anatomy Telinga!
Anatomi Sistem Pendengaran dan Keseimbangan
Pembagian telinga dibagi atas:
a. Telinga Luar / Auris Eksterna : Auricula & Meatus Akustikus Eksterna
Auricula :
Gambar 1. Telinga luar (Pinna Auricula) (Dikutip dari: Atlas of Human
Anatomy – Sobotta)
Meatus Acuticus Externus : Saluran pendek ± 2.5 cm,
berkelok, bentuk S, dari choncha auricula sampai sulcus tympanicus.
Dipisahkan dengan auris media oleh membrana tympani. Terdiri atas pars
cartilaginea sekitar 40% dan pars ossea sekitar 60%, dan kelenjar
Apopilosebaceous yang terdiri atas kelenjar seruminosa. Merupakan
konduktor (resonator) bunyi ke membrana timpani / eardrum (Martini,
2006).
Gambar 2. Telinga Potongan Frontal (Dikutip dari : Martini, 2006).
b. Telinga tengah / Auris Media
1. Membrana Timpani
Bangunan : Plica mallearis anterior et posterior
Terdiri atas 2 bagian :
- pars tensa (Membrana Shrapnell) : segitiga, teregang, tipis, dan
mempunyai limbus
- pars flaccida : dikelilingi anulus timpanicus
Gambar 3. Membrana Tympanica (dilihat dari ventral)
(Dikutip dari : Martini, 2006).
2. Osikula Auditiva
Ossikula auditiva terdiri atas 3 tulang kecil
Malleus/Hammer: manubrium, processus lateralis et anterior,
collum et caput mallei
Incus/Anvil : corpus incudis, crus breves et longum, processus
lenticularis
Stapes/Stirrup : colum et caput stapedis, crus anterius et
posterius, basis stapedis,
Fungsi : mengarahkan getaran dari membrana timpani ke fenestra
vestibuli (oval window) (Martini, 2006).
Gambar 4. Cavum Tympani (Dikutip dari : Martini, 2006).
3. Chorda Timpani cabang N. VII (N.fascialis)
4. Tuba Auditiva Eustachii
Mengubungkan cavum timpani denagan nasofaring
Dewasa : panjang 36 mm, miring
inferomedioanterior,berbentuk S
Bayi : pendek, lebar dan horizontal
Untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi mebran
timpani. Terbagi atas 2 pars yaitu, Pars ossea & pars
cartilaginea.
Saat menelan, tuba terbuka krn kontraksi m. salpingopharingeus
dan m. dilatator tubae. (Martini, 2006)
5. Cavum Timpani
c. Telinga dalam / Auris Interna
1. Labirintus osseus
Vestibulum : Berhubungan dengan gerakan dinamis terdapat
organ keseimbangan di dalam canalis semicircularis.
Cochlea : terdapat organ pendengaran
Gambar 5. Telinga Dalam (Dikutip dari: Martini, 2006).
Canalis semicircularis ossei :
Tiga buah
1. Anterior
2. Posterior
3. Lateral : horisontal
Letak diatas & belakang vestibulum, panjang tak sama
Ampula : pelebaran ujung, ditempati reseptor keseimbangan
(crista ampullaris), berhubungan dengan gerakan
angular/rotasional (Martini, 2006).
Cochlea
Membagi rongga labyrinthus osseus menjadi 3 bgn :
1. Skala vestibuli : berhub. lgs dg vestibuli/pintu masuk auris
media, berisi cairan perilimfe (cairan ekstrasel/LCS), letak
superior ductus cochlearis, dibatasi fenestra vestibuli/ovalis
2. Skala media (ductus cochlearis) letak di tengah, dipisahkan dg
skala vestibuli oleh membrana vestibularis , dipisahkan dg
skala timpani oleh membrana basilaris.
3. Skala tympani : berisi cairan perilimfe, bermuara ke fenestra
cochlea (Martini, 2006).
Gambar 6. Cochlea (Dikutip dari : Martini, 2006)
2. Labirintus membranosa
Labirintus vestibularis
Utriculus, Sacculus, dan Ductus semisirkularis
Labirintus cochlearis
Ductus cochlearis (skala media) : berupa saluran
dalam canalis spiralis cochlea; dengan bagian atap :
membran vestibularis; dengan bagian dasar : membrana
basilaris terdapat organ Corti (organ pendengar)
mengandung sel sensorik yang kontak dengan massa
gelatine (membrana tektorial) (Martini, 2006).
Gambar 7. Organo Corti (Dikutip dari: Martini, 2006).
2. Persarafan telinga
3. Histologi telinga!
4. Fisiologi pendengaran!
Fisiologi Sistem Pendengaran dan Keseimbangan
Gambar 8. Mekanisme Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi
bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui
udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran
timpani dan diterukskan ke telinga tengah melalio rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakan oval window sehingga perilimfe
pada skala vestibuli bergerak. Gerakan diteruskan mealui mebrana reissner
yang akan mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak
relatif antara membrana basilaris dan membran tektorial. Proses ini
merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya deflefksi
stereosillia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pengelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambit, sehingga melepaskan
nerurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbukan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke
korterks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis (Sherwood, 2005;
Martini, 2006).
5. Fisiologi Tuba Auditiva!
Tuba Auditiva Eustachii
a. Mengubungkan cavum timpani denagan nasofaring
Dewasa : panjang 36 mm, miring inferomedioanterior,berbentuk S
Bayi : pendek, lebar dan horizontal
b. Untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi mebran timpani.
Terbagi atas 2 pars yaitu, Pars ossea & pars cartilaginea.
c. Saat menelan, tuba terbuka krn kontraksi m. salpingopharingeus dan m.
dilatator tubae (Martini, 2006).
Fungsi Tuba Eustachii :
Proteksi : Menghalangi masuknya sekret dari nasofaring, dan
makanan ke dalam telinga tengah.
Ventilasi : Menjaga agar tekanan telinga tengah selalu sama dengan
tekanan udara luar.
Drainase Sekret : Mengalirkannya dari telinga terngah ke nasofaring
(Martini, 2006).
Sasaran Belajar 1
1. Fisiologi Keseimbangan!
2. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan!
3. Hubungan antara berenang dengan KU!
4. Hubungan antara batuk dan demam dengan keluhan utama!
5. Kenapa sifat cairan seperti itu (yang dikeluhkan)!
Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,
cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai
reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret
dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga
luar setelah mandi atau berenang .( Djaafar, 2007)
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.
Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil,
berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan
granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah
kemungkinan tuberkulosis.( Djaafar, 2007)
7. Hal-hal apa saja yang bisa menyebabkan keluarnya cairan dari telinga!
8. DD dan Alasan!
Sasaran belajar 2
DK : Otitis Media Supuratif Kronik
1. Etiologi dan Epidemiologi OMSK!
2. Faktor resiko kekambuhan OMSK dan Klasifikasi OMSK!
3. Gejala dan tanda OMSK!
Gejala Klinis
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,
cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai
reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret
dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga
luar setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau
hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur
darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan
merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat
hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi
dengan efektif ke fenestra ovalis.
Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db
ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan
fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran
lebih dari 30 db.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat
karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang
didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila
terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang
dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
3. Otalgia (nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi
akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada
tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel
labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul
biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita
yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar
membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula
merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari
telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari
sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada
kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan
positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan
melalui rongga telinga tengah.
Tanda Klinis
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular.
b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom ( Adam, 1997).
4. Cara Pemeriksaan Garputala!
5. Cara pemeriksaan telinga dengan Otoskop dan interpretasi!
Pemeriksaan Otoskop
Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa
telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga kiri.
Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang
memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien. Bila terdapat serumen
dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini harus
dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang
dililitkan, bila konsistensinya lunak atau liat dapat dkeluarkan dengan
pengait dan bila berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan
dengan pinset. Jika serumen ini sangat keras dan menymbat seluruh
liang telinga maka lebih baik dilunakkan dulu dengan munyak atau
karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan irigasi dengan
air supaya liang telinga bersih.
Untuk memeriksa telinga kanan pasien, pemeriksa
memegang otoskop dengan tangan kanan. Kanalnya diluruskan oleh
tangan kiri pemeriksa, yang menarik daun telinga ke atas,luar dan
belakang. Makin lurus kanalnya makin mudah divisualisasi dan
pemeriksaan akan dirasakan nyaman oleh pasien. Pada anak-anak kanal
harus diluruskan kebawah dan belakang.Pasien diminta memutar sidikit
kepala kesamping sehingga pemeriksa dapat memeriksa telinga tersebut
dengan lebih nyaman.
6. Mengusulkan pemeriksaan Penunjang untuk menegakkan diagnosa
OMSK!
7. Penyebab dan pathogenesis OMSK!
8. Patofisiologi OMSK!
9. Penatalaksanaaan OMSK!
10. Komplikasi dan prognosis OMSK!
BAB III
KESIMPULAN
Pasien Nn. Poni telah didiagnosis terkena meningitis bakterialis, diagnosis ini
dapat kami ambil dari melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab
darah, pemeriksaan LCS dan berbagai pemeriksaan lainnya.
Pada PBL kali ini juga telah disimpulkan beberapa jenis pengobatan serta
beberapa cara pencegahan untuk penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, G. L. 1997. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.
Martini, F. 2006. Fundamentals of Anatomy & Physiology. 7th ed. San Francisco:
Pearson Education, Inc.
Sherwood, L. 2005. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Djaafar, Zainul A, et al. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher edisi VI. Jakarta.
FKUI.;p.64