the relation between memorizing the qur'an and … · 2020. 6. 27. · faculty of medicine...
TRANSCRIPT
THE RELATION BETWEEN MEMORIZING THE QUR'AN AND
INTELLECTUAL INTELLIGENCE (IQ) IN STUDENTS OF
MA'HAD AL-BIRR UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
HUBUNGAN ANTARA MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN
TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) PADA
MAHASISWA MA’HAD AL-BIRR UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
INDAH
NIM. 10542 0625 15
Skripsi ini diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Indah
Ayah : H. Muslimin
Ibu : Hj. Emmi
Tempat, Tanggal Lahir : Laiwa, 7 Januari 1996
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Pesona Mutiara Indah, Blok 1 No. 16
Nomor Telepon/Hp : 082188113320
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
SDN 222 Manajeng (2002-2008)
SMP Negeri 2 Sibulu’e (2008-2011)
SMA Negeri 2 Watampone (2011-2014)
Universitas Muhammadiyah Makassar (2015-2019)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, Maret 2019
Indah, dr. Sumarni, Sp. JP 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makkassar
angkatan 2015/ email [email protected] 2Pembimbing
“HUBUNGAN ANTARA MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN TINGKAT
KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) PADA MAHASISWA MA’HAD AL-
BIRR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR”
(vi + 80 Halaman + 4 Tabel + 2 Gambar + 3 Lampiran)
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Untuk menjaga keautentikan Al-Qur’an diperlukan
penjagaan dan pemeliharaan agar umat Islam tidak kehilangan petunjuk, yaitu
dengan membumikan Al-Qur’an. Orang-orang yang mempelajari, membaca atau
menghafal al-Qur'an adalah orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah
SWT.
TUJUAN : Untuk mengetahui hubungan antara menghafal Al-Quran terhadap
kecerdasan intelektual (IQ) pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
METODE : Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain
penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan dengan cara sampel dipilih untuk
mewakili orang yang menghafal Al-Quran dengan jumlah sampel sebanyak 81
orang. Pengambilan sampel dulakukan dengan teknik purposive sampling.
Pengolahan data menggunakan program SPSS dengan uji statistik chi square.
HASIL : Dari 81 sampel, terdapat 17 responden yang memiliki tingkat IQ rendah,
terdiri dari 12 responden yang menghafal 1-10 juz, 5 responden yang menghafal
11-20 juz dan tidak ada responden dengan IQ rendah yang menghafal >20 juz. Dari
54 responden dengan IQ normal, terdapat 24 responden yang menghafal 1-10 juz,
22 responden yang menghafal 11-20 juz dan 8 responden yang menghafal >20 juz.
Dari 10 responden dengan IQ tinggi, terdapat 2 responden yang menghafal 1-10
juz, 3 responden yang menghafal 11-20 juz dan 5 responden yang menghafal >20
juz. Hasil uji statistic menunjukkan p value = 0,007.
KESIMPULAN : Terdapat hubungan antara menghafal Al-Quran dengan tingkat
kecerdasan intelektual pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar.
Kata Kunci : Menghafal, Al-Qur’an, IQ
FACULTY OF MEDICINE
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Undergraduate Thesis, March 2019
Indah, dr. Sumarni, Sp. JP 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makkassar
angkatan 2015/ email [email protected] 2Pembimbing
“THE RELATION BETWEEN MEMORIZING THE QUR'AN AND
INTELLECTUAL INTELLIGENCE (IQ) IN STUDENTS OF MA'HAD AL-
BIRR UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR”
(vi + 80 Pages + 4 Tables+ 2 Pictures + 3 Appendices)
ABSTRACT
BACKGROUND : To maintain the authenticity of the Qur'an, safeguards and
maintenance are needed so that Muslims do not lose their guidance, that is by
grounding the Qur'an. People who study, read or memorize the Qur’an are the
chosen people who were chosen by Allah SWT.
OBJECTIVE : To find out the relation between memorizing the Qur’an and
intellectual intelligence (IQ) in students of Ma'had Al-Birr, University of
Muhammadiyah Makassar.
METHODS : The design of this research is observasional analytic study with cross
sectional design. The research was conducted by selecting samples to represent
people who memorized the Qur’an with amount of sample is 81 samples. Sampling
was done by purposive sampling technique. Processing data using the SPSS
program with chi square statistics test.
RESULTS : From 81 samples, there were 17 respondents with low IQ levels,
consist of 12 respondents who memorized 1-10 juz, 5 respondents who memorized
11-20 juz and no respondents with low IQ memorized >20 juz. Out of 54
respondents with normal IQ, there were 24 respondents who memorized 1-10 juz,
22 respondents who memorized 11-20 juz and 8 respondents who memorized >20
juz. Out of 10 respondents with high IQ levels, there were 2 respondents who
memorized 1-10 juz, 3 respondents who memorized 11-20 juz and 5 respondents
who memorized >20 juz. The statistical test results shows p value = 0.007.
CONCLUSION : There is a relationship between memorizing the Koran and the
level of intellectual intelligence in students Ma'had Al-Birr of Unismuh Makassar.
Keywords : Memorizing, Al-Qur’an, IQ.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan Antara Menghafal Al-Qur’an Dengan Tingkat
Kecerdasan Intelektual (IQ) Pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rasulullah SAW. Yang telah menunjukkan jalan kebenaran bagi umat
Islam dan tak pernah berhenti memikirkan ummatnya hingga di akhir
hidupnya
2. Kepada kedua orang tua saya, ibu saya Hj. Emmi dan ayah H. Muslimin
yang telah memberikan doa, dukungan dan semangatnya sehingga penulis
dapat meyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
3. Dosen Pembimbing Skripsi, dr. Sumarni, Sp.JP. yang telah meluangkan
banyak waktu dan wawasannya dalam membantu serta memberikan
pengarahan dan koreksi hingga skripsi ini dapat selesai.
v
4. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk memperoleh ilmu pengetahuan di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar,
Ayahanda dr. Machmud Gasnawi, Sp.PA(K) yang telah memberikan
sarana dan prasarana sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini
dengan baik.
6. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. dr. Zulfikar tahir, M.Kes. Sp.An. selaku pembimbing akademik saya yang
telah memberikan semangat dan motivasi agar penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
8. Kepada Kerukunan Keluarga Mahasiswa (KKM) FK Unismuh khusunya
kepada teman-teman Sinoatrial (2015 yang telah banyak membuka
pandangan dan pemikiran saya dalam membuat skripsi ini.
9. Kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung yang telah memberikan semangat dan dukungan.
Penulis menyadari Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun penulis
berharap semoga tetap dapat memberikan manfaat pada pembaca, masyarakat dan
penulis lain. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu.
Makassar , September 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI .............................................
PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..6
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………6
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………..6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..8
A. Al-Qur’an……………………………………………………………8
1. Definisi Al-Qur’ab………………………………………………8
2. Proses Turunnya Al-Qur’an……………………………………..8
ii
3. Bahasa Al-Qur’an………………………………………………10
4. Kemukjizatan Al-Qur’an……………………………………….13
5. Hak – Hak Al – Qur’an ………………………………………..24
B. Menghafal Al-Qur’an……………………………………………....27
1. Definisi Menghafal Al - Qur’an……………………………….27
2. Hukum Menghafal Al – Qur’an………….…………………….28
3. Kaidah – Kaidah Menghafal Al – Qur’an...……………………31
4. Metode Menghafal Al – Qur’an………..………………………32
5. Faktor Pendukung Menghafal Al – Qur’an…………………….34
6. Keutaman Menghafal Al –Qur’an……………………………...38
7. Proses Menghafal Al – Qur’an Didalam Otak…..……………..42
C. Intelegensi
1. Definisi Intelegensi……………………...………………………47
2. Aspek Biologis Intelegensi……………………………………..48
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi ..…………….49
4. Macam – Macam Tes Intelegensi……………………………….50
D. Hubungan Menghafal Al-Qur’an Dengan Intelegensi……………...53
E. Kerangka Teori……………………………………………………..59
BAB III KERANGKA KONSEP…………………………………………..61
A. Kerangka Konsep…………………………………………………..61
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………………….61
C. Hipotesis Penelitian………………………………………………..62
BAB IV METODE PENELITIAN…………………………………………63
iii
A. Desain Penelitian…………………………………………………..63
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………..63
C. Teknik Pengambilan Sampel………………………………………63
D. Rumus besar sampel………..……………………………………...64
E. Teknik Analisis Data………………………………………………65
F. Pengolahan Data…………...………………………………………65
G. Etika Penelitian………….…………………………………………66
BAB V HASIL PENELITIAN……………………………………………..67
A. Gambaran Umum Sampel dan Lokasi Penelitian…………………..67
B. Hasil Analisis Univariat………… ………………………………....68
C. Hasil Analisis Bivariat………………………………………………69
BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………...71
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………...75
A. Kesimpulan………………………………………………………….75
B. Keterbatasan Penelitian……………………………………………..75
C. Saran………………………………………………………………...76
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..77
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin…………………………….. 68
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Hafalan Al-Qur’an Responden …...68
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi tngkat IQ Responden………………............69
Tabel 5.4 Hasil Hubungan Menghafal Al-Qur’an dengan Tingkat IQ
Responden……………………………………………………….69
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori………………………………………………59
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………61
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis Univariat
2 Analisi Bivariat
3 Data Responden Berdasarkan Jumlah Hapalan, Kategori Hapalan & IQ
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW – yang merupakan mukjizat – melalui perantara malaikat
Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup
sehingga umat manusia mendapat petunjuk untuk kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.1
Al-Qur'an yang ada sekarang ini masih asli dan murni sesuai dengan apa
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. kepada para sahabatnya, hal itu
karena Allah yang menjaganya.2
كر وإنا له لحافظون ﴿إنا نح لنا الذ ﴾٩ن نز
Terjemahnnya:
"Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya” (QS, Al-Hijr: 9).
Fungsi utama Al-Qur’an adalah sebagai hidayah (petunjuk) bagi manusia
dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik, dan merupakan rahmat untuk
alam semesta, di samping pembeda antara yang hak dan yang batil, juga
sebagai penjelas terhadap sesuatu, akhlak, moralitas, dan etika-etika yang
patut dipraktikkan manusia dalam hehidupan mereka. Penerapan semua ajaran
Allah itu akan membawa dampak positif bagi manusia sendiri.
2
Al-Qur’an diturunkan untuk dijadikan petunjuk, bukan hanya untuk
sekelompok manusia ketika ia diturunkan, tetapi juga untuk seluruh manusia
hingga akhir zaman. Oleh karena itu, untuk menjaga keautentikan Al-Qur’an
diperlukan penjagaan dan pemeliharaan agar umat Islam tidak kehilangan
petunjuk, yaitu dengan membumikan Al-Qur’an. Yang dimaksud
membumikan Al-Qur’an di sini yaitu melalukan upaya-upaya terarah dan
sistematis di dalam masyarakat agar nilai-nilai Al-Qur’an hidup dan
dipertahankan. Terdapat banyak cara dalam mempelajari dan membumikan
AlQur’an, salah satunya yaitu dengan metode hafalan.
Menghafal merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan mulia.
Orang-orang yang mempelajari, membaca atau menghafal al-Qur'an adalah
orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah SWT. Secara syar’i
menghafal al-Qur'an adalah wajib kifayah bagi umat Islam, ini berarti orang
yang menghafalnya tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak
akan mengalami pemalsuan dan pengubahan.3
Setiap penghafal Al-Quran tentu menginginkan waktu yang cepat dan
singkat, serta hafalannya menancap kuat dimemori otak dalam proses
menghafalkan Al-Quran. Hal tersebut dapat terlaksana jika sang penghafal
menggunakan metode yang tepat, serta mempunyai ketekunan, rajin dan
istiqomah dalam menjalani prosesnya, walaupun cepatnya menghafal
seseorang tidak terlepas dari otak atau Intelegensi yang dimiliki.3
Intelegensi atau kecerdasan intelektual adalah salah satu kemampuan
mental, pikiran, atau intelektual dan merupakan bagian dari proses-proses
3
kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. Dalam proses pendidikan inteligensi
diyakini sebagai unsur penting yang sangat menentukan keberhasilan belajar
peserta didik. Namun inteligensi merupakan salah satu aspek perbedaan
individual yang perlu dicermati. Setiap peserta didik memiliki inteligensi yang
berlainan. Ada anak yang mempunyai inteligensi tinggi, sedang, dan rendah.5
Di dalam otak terdapat bagian pre frontalis yang disinyalir sebagai pusat
berpikir kompleks dan integrasi ingatan jangka panjang dan ingatan jangka
pendek manusia. Aktivitas pre frontalis tersebut sangat berperan penting
terhadap intelegensi dan kemampuan mengingat seseorang. Saat ini, ilmu
pengetahuan manusia sesungguhnya telah mengungkap bukti kebenaran
informasi al-Quran. Bagian lobus frontal otak atau dibahasakan dengan ubun-
ubun memiliki peran sangat penting karena memiliki fungsi-fungsi mental
tingkat tinggi yang mengontrol kemampuan-kemampuan kognitif seperti
emosi, pemecahan masalah, daya ingat, pertimbangan hukum, dan perilaku
seksual.4
Penelitian selama 50 tahun terakhir menyimpulkan bahwa ternyata,
peran utama lobus frontal berkaitan dengan fungsi-fungsi mental tingkat tinggi
pada manusia dan hewan. Manusia memiliki lobus frontal yang lebih besar
dari semua jenis hewan. Lobus frontal diasosiasikan dengan fungsi level atas
seperti pengendalian diri, perencanaan, logika, dan berpikir abstrak. Pada
dasarnya fungsi lobus frontal adalah sesuatu yang membuat kita benar-benar
mempunyai keistimewaan sebagai manusia.4
4
Ketika lobus frontal seseorang rusak maka kemampuan dalam
menyelesaikan masalah menurun dratis, khususnya pada permasalahan yang
membutuhkan kemampuan-kemampuan intelektual.4
Jauh sebelum ilmu pengetahuan modern bisa mendeskripsikan peran dan
fungsi lobus frontal , al-quran secara implisit telah menyinggung hubungan
antara lobus frontal dengan etika dan perilaku manusia lewat firman Allah
SWT:
﴾أرأيت إن كان على الهدى ١٠﴾عبدا إذا صلى ﴿٩أرأيت الذي ينهى ﴿
يرى ١٣﴾أرأيت إن كذب وتولى ﴿١٢ أمر بالتقوى ﴿﴾أو ١١﴿ ﴾ألم يعلم بأن
﴾١٦﴾ناصية كاذبة خاطئة ﴿١٥اصية ﴿﴾كلا لئن لم ينته لنسفعا بالن ١٤﴿
Terjemahnya:
“Bangaimana pendapatmu tentang orang yang melanggar(9). Seorang
hamba ketika dia melakasanakan shalat(10). Bagaimana pendapatmu jika dia
(yang dilarang shalat itu) berada di atas kebenaran (petunjuk)(11). Atau dia
menyuruh bertakwa (kepada Allah)(12). Bagaimana pendapatmu jika dia
(yang melarang) itu mendustakan dan berpaling(13). Tidakkah dia
mengetahui bahwa Allah melihat (segalah perbuatannya)(14). Sekali-kali
tidak! Sungguh, ketika dia tidak berhenti (berbuat demikian) Niscaya kami
Tarik ubun-ubunya, (kedalam neraka)(15). (yaitu) ubun-ubun yang berdusta
dan durhaka(16).” (QS. Al-‘Alaq [96]:9-16)4
Kecerdasan intelektual (IQ) sangat berhubungan dengan kemampuan
menghafal seseorang. Kecerdasan intelektual (IQ) menunjuk kepada suatu
5
kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang baru secara cepat dan
efektif, kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara efektif,
dan kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan
cepat. 5
Ada banyak tokoh-tokoh penghapal Al-Qur’an yang juga terkenal
dengan kecerdasannya yang luar biasa. Salah satunya adalah Ibnu sina. Beliau
memiliki nama lengkap Abu Ali Husain Bin Abdullah Bin Hasan Bin Ali Bin
Sina. Di usia yang belum genap 10 tahun, ibnu sina telah berhasil menghafal
seluruh al-quran dan mendalami berbagai karya sastra. Selain sebagi ahli
kedokteran, ibnu sina juga dikenal sebagai filsuf, psikolog, pujangga dan
pendidikan.
Saat ini, program menghafal Al-Qur’an juga diterapkan di salah satu
institusi Pendidikan di makassar, yakni Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar. Setiap mahasiswanya memiliki jurusan yang
berbeda-beda namun diwajibkan untuk mengikuti program kampus untuk
menghafal Al-quran. Rasulullah saw. Bersabda:
قال -صلى الله عليه وسلم-عن النبى -رضى الله عنه - ن عن عثما
«خيركم من تعلم القرآن وعلمه» رواه البخاري
Artinya :
“Dari sayyidina Utsman Radhiyallahu ‘anhu baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “sebaik-baik kamu adalah orang yang
6
belajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (H.R Bukhari, Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu majah, dati Kitab At-Targhib)
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian
mengenai hubungan antara menghafal Al-Quran terhadap kecerdasan
intelektual (IQ) pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah
Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas makan rumusan masalah dari
penelitian ini yaitu; Apakah terdapat hubungan antara menghafal Al-Quran
terhadap kecerdasan intelektual (IQ) pada mahasiswa Ma’had Al-Birr
Universitas Muhammadiyah Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara menghafal Al-Quran terhadap
kecerdasan intelektual (IQ) pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat kecerdasan intelektual (IQ) pada
mahasiswa Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
b. Mengetahui adanya hubungan tingkat menghafal Al-Quran terhadap
kecerdasan intelektual (IQ) pada mahasiswa Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
D. Manfaat Penelitian
7
1. Bagi peneliti
Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam memperluas
wawasan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan.
2. Bagi instansi Pendidikan
Dapat menjadi referensi atau masukan untuk penelitian – penelitian
selanjutnya tentang hubungan menghafal Al-Quran terhadap kecerdasan
intelektual (IQ).
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
pentingnya menghafal Al-Quran terhadap kecerdasan intelektual (IQ).
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Al – Qur’an
1. Definisi Al – Qur’an
Kata Al-Qur’an menurut bahasa mempunyai arti yang
bermacammacam, salah satunya adalah bacaan atau sesuatu yang harus di
baca, dipelajari. Adapun menurut istilah para ulama berbeda pendapat
dalam memberikan definisi terhadap Al-Qur’an. Ada yang mengatakan
bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bersifat mu’jizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Jibril dengan
lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir;
membacanya merupakan ibadah; dimulai dengan surah al-Fatihah dan
diakhiri dengan surah An-Nas23.
Ada pula yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril sebagai
mukjizat dan berfungsi sebagai hidayah (petunjuk). Al-Qur’an secara ilmu
kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau quranan yang berarti “bacaan
atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah
kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, ditulis
dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan
membacanya merupakan amal ibadah. Al-Qur’an juga merupakan
pedoman hidup bagi manusia di dunia dan akhirat24.
9
2. Proses Turunnya Al – Qur’an
Al – Qur’an diturunkan dalam dua tahapan. Tahapan pertama turun
sekaligus pada malam qadar (lailatul qadar). Hal ini berdasarkan firman
Allah SWT :
إنآ أنزلنه فى ليلة القدر ﴿القدر
“Sungguh, Kami telah menurunkannya (al-Qur’an pada malam qadar,”
(QS. al-Qadr:1)
Tahap kedua turun secara berangsur – angsur kepada Nabi Muhammad
SAW sejak beliau diangkat menjadi rasul pada usai 40 tahun di Mekah,
hingga wafatnya pada usia 63 tahun di Madinah. Artinya, Nabi
Muhammad SAW menerima wahyu al –Qur’an secara berangsur – angsur
selama 23 tahun : 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Allah
SWT berfirman,
لناه تنزيلا ﴿ ﴾١٠٦وقرآنا فرقناه لتقرأه على الناس على مكث ونز
“Dan al-Qur’an (kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau
(Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan – lahan
dan kami turunkannya secara bertahap,” (QS. al-Isra’:106)
Jumlah ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam
sekali turun bervariasi. Rata-rata, antara lima hingga sepuluh ayat.
Terkadang ada yang kurang dari lima atau lebih dari sepuluh ayat. Seperti
sebelas ayat pertama surah Al-Mu’minun yang turun sekaligus dalam satu
waktu; ayat-ayat yang menjelaskan tentang peristiwa haditsul ifk (berita
bohong) yang turun sekaligu sepuluh ayat, yaitu surah An-Nur ayat 11
10
hingga ayat 21. Sementara ayat 95 surah An-Nisa hanya turun 1 ayat saja.
Demikian pula dengan surah At-Taubah ayat ke 28.
Setidaknya ada dua hikmah penting kenapa Al-Qur’an turun secara
berangsur-angsur kepada nabi Muhammad SAW. Pertama, supaya mudah
dihafal, kedua, meneguhkan keiman orang-orang beriman dengan proses
penetapan syariat berdasarkan kejadian atau peristiwa-peristiwa tertentu
yang terjadi ditengah kaum muslimin. Seperti proses pengharaman khamar
yang berlangsung secara bertahap yang dimulai dengan shalat bagi mereka
yang sedang mabuk, hingga pengharamannya hingga keseluruhan.
Proses peneguhan hati dan keiman ini salah satunya berlangsung
melalui kisah para nabi dan orang-orang terdahulu yang disbut berkali-
kali. Al-Qur’an selalu mengingatkan bahwa umat terdahulu kerap
menerima siksaan dan terror yang lebih berat dari yang mereka alami,
tetapi mereka tidak goyang. Dengan kisah-kisah tersebut, nabi Muhammad
SAW dan para pengikutnya menjadi lebih tegar dan gigih.
3. Bahasa Al – Qur’an
Jika ditelusuri asal usulnya, bahasa arab merupakan salah satu bagian
dari bahasa semit tengah yang memiliki hubungan sangat dekat dengan
bahasa aram dan ibrani. Bahasa semit merupakan kelompok bahasa yang
berasal dari Timur Dekat yang digunakan oleh lebih dari 470 juta orang di
Asia Barat dan Afrika. Wilayah-wilayah ini kemudian membentuk
kelompok bahasa yang disebut Afro-Asia. Sedangkan bagian dari bahasa
11
semit yang paling banyak digunakan adalah Bahasa Arab, Mehri, Ibrani,
Tigrinya, dan Aram15.
Salah satu ciri khas dari rumpun bahasa-bahasa semit adalah
pembentukan kata menggunakan sistem konsonan akar kata. Setiap kata
dalam bahasa arab berasal dari satu atau dua akar kata yang sebahagian
besar merupakan kata kerja. Meski pada saat ini bahasa arab menjadi salah
satu dari 10 bahasa yang paling banyak digunakan di dunia, namun pada
awaknya bahasa ini hanyalah bahasa sekelompok kecil suku nomaden
(badui) disemenanjung arabia yang sangat bangga dengan keindahan
bahasa mereka dalam membuat syair, sajak, puisi, serta prosa15.
Tidak ada yang membuat bahasa ini menjadi salah satu bahasa yang
paling banyak dipakai didunia saat ini kecuali karena ia merupakan bahasa
yang dipilih oleh Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada manusia.
Pada abad ke 6 masehi dan seterusnya, ketika semakin banyak orang yang
memeluk agama islam, bahasa arab mulai menyebar ditimur tengah, dan
menggesar posisi beberapa bahasa semit lainnya diwilayah itu hingga
punah dan tidak lagi diguanakan sama sekali.
Setiap kitap suci selalu diasosiasiakan dengan bahasa tertentu. Taurat
dengan bahasa ibrani; Injil dengan bahasa yunani dan latin (sebagian
sejarawan mengatakan bahasa asli injil adalah bahasa aram); al-Qur’an
dengan bahasa Arab.
Ketika Nabi Muhammad SAW diutus, bahasa arab bukanlah bahasa
ilmu pengetahuan, juga bukan bahasa yang digunakan oleh peradaban
12
maju saat itu, yaitu romawi dan Persia. Bangsa romawi menggunakan
bahasa latin dan yunani. Sedangkan bangsa Persia menggunakan bahasa
Persia. Bahasa arab pada saat itu digunakan oleh sekelompok suku
nomaden disemenanjung arabia yang tandus, gersang, dan tidak tersentuh
oleh pengaruh dominasi dua peradaban besar itu. Akan tetapi, Allah SWT
berkehendak menjadikan bahsa arab sebagai bahasa wahyu-Nya,
◌ اعجمی وعربي لت ايتہ ء و لو جعلنہ قرانا اعجميا لقالوا لو لا فص
Artinya :
“Dan sekiranya kami jadikan Al-Quran sebagai bacaan dalam bahasa
selain bahasa arab, niscaya mereka mengatakan, ‘Mengapa tidak
dijelaskan ayat-ayatnya?’ apakah patut (Al-Qur’an) dalam bahasa selain
bahasa Arab sedang (rasul) orang arab?” (QS Fushshilat [41:44]).
Ayat ini sebagai jawaban abadi terhadap pertanyaan tentang mengapa
Al-Qu’an diturunkan dalam bahasa arab, bukan bahasa selain arab.
Rasulullah SAW sendiri adalah seorang Arab, ibunya berbicara dalam
bahasa Arab, tumbuh besar ditengah orang yang berbicara bahasa arab,
dan interaksi dengan masyarakat yang juga berbicara dengan bahasa arab
sehingga yang pertama diajar untuk beriman adalah orang-orang arab.
Sulit untuk dibayangkan seandainya Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa
yag tidak dimengerti oleh Rasulullah SAW sendiri oleh orang-orang
Mekkah masa itu. Faktanya walaupun Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa
yang mereka pahami, mereka tetap mengingkarinya, apalagi jika Al-
13
Qur’an diturunkan dengan bahasa yang mereka tidak pahami. Allah
Berfirman,
لناه على بعض الأعجمين ﴿ولو ا کانوا بہ مؤمنين١٩٨ نز ﴾فقراه عليہم م
Artinya:
“ Dan Seandainya (Al-Qur’an) itu kami turunkan kepada sebagian dari
golongan bukan Arab lalu dia (Muhammad) membacakannya kepada
mereka (orang-orang kafir); Niscaya mereka tidak juga akan beriman
kepadamu,” (QS as-Syu’ara [26]:198-199)
4. Kemukjizatan Al – Qur’an
a. Kemukjizatan Al-Qur’an dari Aspek Bahasa
Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat
ditiru oleh para sastrawan Arab sekalipun, karena adanya susunan
yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab.
Mereka melihat al- Qur’an memakai bahasa dan lafadz mereka, tetapi
ia bukan puisi, prosa atau syair15.
Sejarah telah mencatat bahwa al-Qur’an turun di tengah-tengah
bangsa Arab yang menggunakan sastra. Adalah suatu kebanggaan bila
ada diantara mereka terdapat seorang penyair dan sastrawan yang
mampu merangkai kata-kata yang indah. Maka setiap tahun didakan
perlombaan syair, dan syair yang terpilih ditulis dengan tinta emas
lalu digantungkan di dinding Ka’bah yang dikenal dengan
Mu’allaqah.
14
Dan al-Qur’an adalah wahyu dari Allah yang merupakan penuntun
bagi umat manusia, dan bukan merupakan karya sastra, namun begitu
al-Qur’an diungkapkan baik dalam tuturan lisan ataupun tertulis.
Namun, syair atau prosa yang mereka buat tidak mampu mengungguli
ayat-ayat yang dikandung al-Qur’an15.
Al-Qur’an tampil dengan bahasa sastra yang tinggi yang tidak
tertandingi oleh hasil-hasil sastra yang ada sebelum dan sesudahnya,
di saat bahasa Arab telah berdiri tegak di hadapan para ahli bahasa
dengan sikap menantang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh al-
Qur’an berikut ini :
a. Menantang untuk membuat semacam al-Qur’an secara
keseluruhan.(Q.S.:52: 34).
b. Menantang untuk membuat sepuluh surat al-Qur’an. (Q.S.: 11: 13).
c. Menantang untuk membuat satu surat saja semacam al-Qur’an.
(Q.S:10:38 dan Q.S:2:23). I’jaz al-Qur’an di segi bahasa ini, adalah
bahwa al-Qur’an turun dengan bahasa yang indah lagi menawan yang
mengandung ciri khas tinggi yang tidak terdapat pada kalangan
apapun dan sastra manapun di kalangan kafilah Arab12.
Doktrin kemu’jizatan al-Qur’an, tidak hanya pada isi, melainkan
juga pada bentuk kesusastraan, secara umum terdapat pada hampir
semua mazhab-mazhab Islam, dan telah mendapatkan suatu
kedudukan dan pengakuan penting dalam berbagai bentuk penuturan
dengan perhatian khusus terhadap hal itu13. Sebagai mukjizat yang
15
universal dan eternal, beberapa segi kemukjizatan yang dimiliki al-
Qur’an adalah:
1) Susunan yang indah, berbeda dengan setiap susunan yang ada
dalam bahasa orang Arab.
2) Adanya uslub yang aneh yang berbeda dengan semua uslub-
uslub bahasa Arab.
3) Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk
mendatangkan hal yang seperti itu.
4) Bentuk undang-undang yang detail lagi sempurna yang
melebihi setiap undan-undang buatan manusia.
5) Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak biasa diketahui kecuali
dengan wahyu.
6) Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum
yang dipastikan kebenaranya.
7) Menepati janji dan ancaman yang dikabarkan al-Qur’an.
8) Adanya ilmu-ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya.
9) Memenuhi segala kebutuhan manusia. 10.Berpengaruh kepada
hati pengikut dan musuh.
Gaya bahasa dan untaian kata al-Qur’an bebas sepenuhnya dari
belenggu sejak dan segala bentuk kaidahnya yang harus diindahkan
dalam pengubahan syair Arab.Dengan demikian, susunan kalimat dan
gaya bahasa al- Qur’an bebas pula dari tujuan yang umum dikenal
dalam syair-syair dan sajak-sajak.
16
Bersamaan dengan itu irama puitik yang terdapat dalam rangkaian-
rangkaian kata itu sendiri menciptakan pemisah kalimat yang berpola
serupa dan yang tidak memerlukan bentuk-bentuk tertentu yang lazim
mengikat susunan syair dan sajak. Dengan demikian, gaya bahasa al-
Qur’an mencakup semua bentuk puisi dan prosa.
b. Kemu’jizatan Al-Qur’an dari Aspek Syari’ah
Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama dan sarat akan
hukum yang mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Allah, sesama manusia dan semua ciptaan-Nya. Jadi hukum
Islam yang mencangkup di bidang aqidah, pokok-pokok akhlaq,
ibadah dan perbuatan dapat dijumpai sumbernya yang asli di dalam
ayat- ayat al-Qur’an15.
Keunggulan dan kemu’jizatan al-Qur’an di bidang ini karena
syari’at yang terdapat dalam al-Qur’an adalah syari’at yang sempurna
dan tinggi melebihi dari syari’at-syari’at yang terdapat pada kitab-
kitab terdahulu. Al- Qur’an berisi pokok-pokok aqidah, hukum-hukum
ibadah, dasar-dasar utama etika, politik dan sosial kemasyarakatan.
Al-Qur’an mengatur cara bermasyarakat yang baik serta meletakkan
dasar-dasar kemanusiaan yang lebih lurus dan murni.
Hal ini tergambar dari cara al-Qur’an dalam menetapkan hukum, di
antaranya:
17
a. Secara Mujmal
Kebanyakan urusan ibadah, diterapkan secara mujmal . Cara yang
dipergunakan al-Qur’an dalam menghadapi soal ibadah ini ialah
dengan menerangkan pokok-pokok hukum saja. Demikian pula
halnya tentang mu’amalat badaniyah, al-Qur’an hanya
mengemukakan pokok-pokok dan kaidah - kaidah saja. Perincian
dan penjelasan hukum-hukum itu diserahkan pada sunnah dan
ijtihad para mujtahid.
b. Agak Jelas dan Terperinci.
Hukum-hukum yang diterangkan jelas dan agak terperinci ialah
hukum jihad, undang-undang perang, hubungan umat Islam
dengan umat lain, hukum-hukum tawanan dan rampasan perang.
Ayat yang menjelaskan dasar hukum berjihad seperti di bawah
ini.:
لكم وأنفسكم ف هدوا بأمو ٱنفروا خفافا وثقالا وج ى سبيل ٱ
لكم خير لكم إن كنتم تعلمون ذ
Artinya:
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun
merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan
18
Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.” (Q.S. Al-Taubah [9]: 41)
c. Jelas dan Terperinci
Hukum-hukum yang jelas dan terperinci adalah masalah:
i. Hutang Piutang
Al-Qur’an menganjurkan untuk bersaksi ketika mengadakan
jual beli dan hutang piutang. Firman Allah:
سمى فٱكتبوه وليكتب بينكم أيها ٱلذين ءامنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل م ي
كاتب بٱلعدل ولا يأب كاتب أن يكتب كما علمه ٱ
Artinya:
“Hai orang - orang yang beriman, apabila kamu
bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar.”(Q. S. Al – Baqarah [2]: 282)
ii. Makanan yang Halal dan Haram
Dalam urusan pergaulan sesama insan, al-Qur’an
mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara yang
tidak sah sesuai dengan firman Allah:
وآتوا النساء صدقاتهن نحلة فإن طبن لكم عن شيء
منه نفسا فكلوه هنيئا مريئا
19
Artinya:
“Hai orang - orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan batil kecuali dengan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu.” (Q.S. an-Nisâ’ [4]: 29)
iii. Sumpah
Al-Qur’an secara jelas menerangkan hal-hal mensyari’atkan
sumpah sesuai dengan firman Allah:
نكم دخلا بينكم فتزل قدم بعد ثبوتها وتذوقوا ٱلسوء بما ولا تتخذوا أيم
ولكم عذاب عظيم صددتم عن سبيل ٱ
Artinya:
“Dan janganlah kamu jadikan sumpah - sumpahmu sebagai
alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki
(mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan
kemelaratan dunia, karena kamu menghalangi (manusia) dari
jalan Allah, dan bagimu azab yang besar.” (Q.S. an-Nahl
[16]: 94).
iv. Anjuran Berhijab
Hukum yang disyari’atkan untuk memelihara kehormatan
wanita, terdapat dalam Q.S. Al-Ahzâb: 59 dan masih banyak
lagi ayat-ayat yang menerangkan hal ini:
20
يا أيها النبي قل لأزواجك وبناتك ونساء المؤمنين
لك أدنى أن يعرفنفلا يدنين عليهن من جلابيبهن ذ
غفورا رحيما يؤذين وكان
Artinya:
“Hai Nabi katakanlah kepada istri - istri mu, anak anak
perempuan dan istri - istri orang mukmin:’’Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka.’’Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
dikenal,karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah maha
pengampun dan penyayan g.” (Q.S. al- Ahzab [33]:59).
v. Perkawinan
Keterangan tentang masalah perkawinan terdapat dalam
firman Allah:
ولا تنكحوا ما نكح آباؤكم من النساء إلا ما قد سلف
إنه كان فاحشة ومقتا وساء سبيلا
Artinya:
“Dan janganlah kamu kawini wanita - wanita yang telah dikawini oleh
ayahmu,terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya
perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk - buruknya
jalan yang ditempuh.’’ (Q.S. An-Nisa’ [4]: 22).
21
c. Kemu’jizatan Al-Qur’an dari Aspek Ilmmu
Segi lain dari kemu’jizatan al-Qur’an, adalah isyarat-isyarat yang
rumit terhadap sebagian ilmu pengetehuan alam telah disinggung al-
Qur’an sebelum pengetahuan itu sendiri sanggup menemukanya. Juga
kemudian terbukti bahwa al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan
dengan penemuan-penemuan mutakhir yang didasarkan pada
penelitian ilmiyah.
Mengkaji kemu’jizatan al-Qura’n dari segi ilmu bukan berarti al-
Qur’an dianggap kitab ilmu. Al-Qura’n bukan buku psikologi, bukan
eksak maupun fisika, tetapi kitab hidayah dari irsyad, kitab tasryi’ dan
ishlah. Namun demikian ayat-ayatnya memuat isyarat-isyarat yang
cukup dalam dan pelik dalam soal psikologi, kedokteran dan
antropologi, yang mana hal tersebut menunjukkan keberadaannya
sebagai mu’jizat dan wahyu Allah.
Al-Qura’n adalah petunjuk bagi manusia, yang isinya sarat dengan
ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip hidup untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Al-Qur’an juga membicarakan isyarat ilmiah dan
ilmu kauniyah seperti konsep-konsep dasar biologis, budaya tanaman,
kegunaan air bagi kehidupan dan spesies, serta membicarakan
fenomena-fenomena geologi dan reproduksi.
22
Dan berikut ini adalah sebagian tentang pembuktian ilmiah:
1) Kesatuan Alam
Teori ilmu pengetahuan modern telah membuktikan bahwa bumi
adalah salah satu dari sekumpulan planet yang telah memisah
darinya dan membeku sehingga cocok untuk dihuni oleh
manusia.Teori ini didukung oleh adanya gunung berapi yang
memuntahkan lahar panas.Teori ini tepat sekali dengan firman
Allah:
كفروا أن السماوات والأرض كانتا رتقا أولم ير الذين
ففتقناهما وجعلنا من الماء كل شيء حي أفلا يؤمنون
Artinya:
’’Tidaklah orang - orang kafir tahu,bahwa beberapa langit dan
bumi adalah keduanya bersatu,lalu kami belah keduanya? Kami
jadikan tiap - tiap sesuatu yang hidup dari air.Tidakkah mereka
percaya?’’ (Q.S.al- Anbiya’[21]:30).
2) Terjadinya Perkawinan dalam Tiap-tiap Benda.
Orang berkeyakinan bahwa perkawinan itu berlaku pada
dua jenis, yaitu manusia dan hewan. Kemudian datang ilmu
pengetahuan modern dan menetapkan bahwa perkawinan itu terjadi
pula pada tumbuhan-tumbuhan, dan benda-benda (mati). Bahkan
pada tiap-tiap benda yang ada di alam ini, juga terjadi perkawinan.
Sampai pada listrik sekalipun ada pasangan min dan plus.
23
Demikian pula atom, terdapat proton dan netron, yang
masing-masing diistilahkan sebagai laki-laki dan wanita. Penemuan
sebenarnya telah didahului al-Qur’an dalam banyak ayat seperti
dalam surat al-Syu’ara [26]: 70, Yasin [36]: 36, dan al-Zariyat[51]:
49, contoh ayat di bawah ini:
﴾ ٤٩ومن كل شيء خلقنا زوجين لعلكم تذكرون ﴿
Artinya:
“Tiap-tiap sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan (jantan dan
betina), mudah-mudahan kamu menerima peringatan”. (Q.S. al -
Zariyat [51]: 49) .
3) Berkurangnya Oksigen
Sejak manusia mampu menyeruak ruang angkasa dengan pesawat,
maka pengamatan dan penelitian para ilmuan telah sampai pada
kesimpulan bahwa di angkasa oksigen berkurang. Manakala
seorang penerbang meluncur tinggi ke angkasa, dadanya terasa
sesak dan sulit bernapas. Oleh karenanya para penerbang harus
memakai “oksigen buatan” saat mereka terbang dalam ketinggian
30.000 kaki lebih. Penemuan ini sebenarnya telah disinggung oleh
al-Qur’an jauh sebelum manusia melakukan penerbangan, yaitu:
سلام ومن يرد أن أن يهديه يشرح صدره للإ فمن يرد
عد في السماء يضله يج عل صدره ضيقا حرجا كأنما يص
جس على الذين لا يؤمنون الر لك يجعل كذ
24
Artinya:
“Barang siapa yang Allah kehendaki, Allah akan memberikan
kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk
(memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang di kehendaki
Allah kesesatan nya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit seolah - ol ah ia sedang naik ke langit.” (Q.S.al-An’am [6]
125).
5. Hak – Hak Al – Qur’an
a. Tahsin
Tahsin adalah indah dalam membaca Al-Qur’an. Membaca Al-
Qur’an merupakan seutama-utama dzikir.5(Al-Jami’ush Shahih
Sunanut Tirmidzi, Muhammad bin Isa At-Tirmidzi) Seorang pembaca
Al-Qur’an akan mendapatkan pahala yang besar dan berlipat ganda.
Karena setiap satu huruf Al-Qur’an bernilai satu kebaikan, dan satu
kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat6. Seorang muslim
tidak diperbolehkan tergesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an, agar ia
dapat meresapi maknanya. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman:
ورتل القرآن ترتيلا
Terjemahannya:
“Bacalah Al-Qur’an dengan tartil (perlahan-lahan dan tidak tergesa-
gesa, sehingga hjati dapat meresapi maknanya)” (QS. Al Muzammil:4)
Membaca yang di maksud disini adalah membaca Al-Quran dari surah
Al-Fatihah sampai surah An-Nas secara teratur.
25
b. Tahfizh
Tahfizh adalah cepat dalam menghafal Al-Qur’an. Al-Qur’an
merupakan kitab suci yang paling mudah untuk dihafal manusia.
Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wata’ala:
فإنما يسرناه بلسانك لعلهم يتذكر
Terjemahannya:
“Sesungguhnya Kami telah memudahkan Al-Qur’an untuk (diambil)
pelajaran, maka adakah orang yang (bersedia) mengambil pelajaran?”
(QS. Ad-Dukhan: 58)
Sehingga jangankan manusia dewasa, anak-anak kecil yang belum
bisa baca tulis jika ditalaqqikan bacaan Al-Qur’an, niscaya mereka
akan hafal Al-Qur’an. Berikut ini adalah beberapa kiat mudah dalam
menghafal AlQur’an, antara lain :
1) Mengikhlaskan niat menghafal Al-Qur’an karena Allah
Subhaanahu wata’ala
2) Menggunakan satu mushaf, dianjurkan dengan mushaf saku-pojok.
3) Memulai dari juz 30, dari surat di awal juz terus ke bawah, lalu ke
juz di atasnya.
4) Waktu menghafal adalah ketika menunggu iqamah shalat.
5) Satu ayat dibaca 5x, lalu dicoba membaca tanpa melihat mushaf.
6) Dibantu dengan menyimak muratal surat yang sedang dihafal.
7) Ketika ada waktu luang hafalan dimuraja’ah.
8) Menyetorkan hafalan kepada orang lain.
26
Kunci keberhasilah terbesar dalam menghafal AlQur’an adalah
istiqamah (rutin) dan muraja’ah (sering diulang).
c. Tafsir
Tafsir adalah tepat dalam memahami Al-Qur’an. Al-Qur’an
diturunkan untuk dipahami maknanya. Karena dengan memahami
makna Al-Qur’an seorang akan mengerti pesan-pesan yang terkandung
di dalamnya. Sehingga Al-Qur’an akan menjadi pembimbing dalam
menapaki kehidupan dan solusi dari berbagai permasalahan. Allah
Subhaanahu wata’ala berfirman:
ب تهۦ وليتذكر أولوا ٱلألب رك ليدبروا ءاي ه إليك مب ب أنزلن كت
Terjemahannya:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
keberkahan supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan agar
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Sad :
29)
d. Tathbiq
Tathbiq adalah mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan. Al-
Qur’an diturunkan untuk diamalkan kandungannya. Perintah di
dalamnya dilaksanakan dan larangannya ditinggakan. Dengan
mengamalkan kandungan Al-Qur’an, maka kehidupan manusia akan
menjadi baik dan bahagia di dunia, serta di akhirat akan mendapatkan
pahala. Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar , Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bersabda:
27
“Kami diberi Al-Qur’an, lalu kami mengamalkannya hingga terbenam
matahari, lalu masing-masing kami diberi (pahala) dua qirath.” (HR.
Bukhari Juz 1 : 532.)
Mengamalkan Al-Qur’an hendaknya langsung setelah selesai
mempelajari Al-Qur’an, tidak menunggu sampai khatam Al-Qur’an.
Karena demikianlah yang dilakukan oleh para Sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seorang laki-laki dari kami jika mempelajari sepuluh ayat, maka ia
tidak akan meninggalkannya sampai ia mengetahui maknanya dan
mengamalkannya” (Muqaddimah fi Ushulit Tafsir,).
B. Menghafal Al – Qur’an
1. Definisi Menghafal Al - Qur’an
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian menghafal
adalah berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat. Sedangkan
menurut istilah menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar seperti apa
adanya. Metode tersebut banyak digunakan dalam usaha untuk menghafal
al-Qur’an dan al-Hadits5.
Hafalan secara bahasa, berasal dari bahasa Arab “Al-Hafiẓh” yaitu
hafiẓa - yahfaẓu - hifẓan, yang artinya menghafal, menjaga, dan
memelihara. Seorang Al-Hafiẓh ialah orang yang hafal Al-Qur’an secara
keseluruhan yaitu tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan kandungan Al-
Qur’an6,18.
28
Seseorang tidak dapat disebut sebagai Al- Hafizh jika ia hanya
menghafal Al- Qur’an hanya setengah atau sepertiganya secara rasional
dan apabila ada orang yang telah hafal kemudian lupa atau lupa sebagian
atau keseluruhan karena disepelekan dan diremehkan tanpa alasan seperti
ketuaan atau sakit, maka tidak dikatakan Al-hafiẓh dan tidak berhak
menyandang predikat “Penghafal Al-Qur’an”. Sebenarnya istilah Al –
Hafizh ini adalah predikat bagi sahabat Rasulullah saw. yang hafal hadits –
hadits shahih (bukan predikat bagi penghafal Al- Qur’an) 7.
Bagi setiap umat Rasulullah saw dalam menghafal beberapa ayat
Al-Quran (Al-Fatihah) untuk dapat menunaikan shalat , hukumnya fardhu
‘ain. Sedangan menghafal seluruh ayat Al-Quran, hukumnya fardhu
kifayah. Jika tidak ada seorang pun yang hafizh Al- Quran, maka seluruh
kaum muslim berdosa. Mulla Ali Qari Rahmatullah ‘alaih riwayatkan dari
Az-Zarkasyi Rahmatullah ‘alaih, bahwa ia berkata, “jika di dalam sebuah
kampong atau kota tidak ada seorang pun yang menghafal Al-Quran, maka
semua penduduk itu bedosa”8.
2. Hukum Menghafal Al – Qur’an
Mengenai hukum menghafal al-Qur‟an, apakah hukumnya wajib atas
semua umat? Apakah wajib atas sebagiannya saja?. Dalam hal ini para
ulama menegaskan bahwa menghafal al-Qur‟an jangan sampai terputus
jumlah (bilangan) tawattur di dalamnya, sehingga tidak dimungkinkan
untuk penggantian dan pengubahan. Apabila di antara kaum ada yang
29
sudah melaksanakannya, maka bebaslah beban yang lainnya, tetapi jika
tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya7.
Al-Qur‟an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai
pedoman hidup dan sumber-sumber hukum, tidak semuanya manusia
sanggup menghafal dan tidak semua kitab suci dapat dihafal kecuali kitab
suci al-Qur‟an dan hamba-hamba terpilihlah yang sanggup
menghafalkannya31. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Fatir
ayat 32 yaitu:
م لنفسه ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا فمنهم ظال
لك هو الفضل ذ قتصد ومنهم سابق بالخيرات بإذن ومنهم م
الكبير
Artinya:
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih
di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan
diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan
izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar”
Al-Qur’an sebagai dasar hukum Islam dan pedoman hidup umat, di
samping diturunkan kepada hambanya yang terpilih, al-Qur’an diturunkan
melalui Ruhul Amin Jibril AS dengan hafalan yang berangsur-angsur
sesuai dengan kebutuhan umat di masa itu dan di masa yang akan datang,
selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari Nabi Muhammad SAW menerima
30
wahyu al-Qur‟an dari Allah SWT melalui Jibril tidak melalui tulisan
melainkan dengan lisan (hafalan). Hal ini telah dibuktikan dengan firman
Allah surat al-A‟laa ayat 6-7 yaitu:
إنه يعلم الجهر وما يخفى ( ) إ ٦سنقرئك فلا تنسى ( ) ٧لا ما شاء
Artinya:
“Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka
kamu tidak akan lupa. Kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya
Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi”11.
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa al-Qur’an diturunkan bukan dengan
tujuan namun hafalan. Dari uraian ayat tersebut tidak ada yang
menunjukkan perintah tentang menghafal al-Qur’an karena ayat-ayat itu
menunjukkan kalam ikhbar bukan kalam insya’. Oleh karena itu
menghafal al-Qur’an bukan kewajiban umat. Namun bila dilihat dari segi
positif dan kepentingan umat Islam maka sangat diperlukan adanya para
penghafal al-Qur’an sebagai penjaga keaslian al-Qur’an yang menjadi
sumber pedoman hidup umat Islam. Oleh karena itu dasa bagi orang-orang
yang menghafal al-Qur’an adalah:
a. Memang al-Qur‟an itu diturunkan secara hafalan.
b. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
c. Melaksanakan anjuran Nabi Muhammad SAW.
Atas dasar ini para ulama‟ dan Imam Abu Abbas Ahmad bin Muhammad
Ajjurjani berkata dalam kitab As-Syafi‟i bahwa hukum menghafal al-
Qur‟an adalah fardhu kifayah. Seperti apa yang dikatakan Imam
31
Badruddin Muhammad bin Abdullah Azzarkasyi dalam kitab AlBurhan Fii
Ulumil Qur‟an juz 1 halaman 457, begitu pula memeliharanya wajib bagi
setiap umat. Lebih lanjut Imam Asyikh Muhammad Makki Nashir
mengatakan:
ان حفظ القران على ظهر قلب فرض كفاية
Artinya:
“sesungguhnya menghafal al-Qur’an di luar kepala hukumnya fardhu
kifayah”.
Dengan demikian jelaslah bahwa hukum menghafal al-Qur’an adalah
fardhu kifayah yang artinya jika sebagian kaum muslimin ada yang
melakukannya maka gugurlah kewajiban muslim lainnya, akan tetapi jika
kaum muslimin tidak ada satupun yang melakukannya maka berdosalah
seluruh kaum muslimin.
3. Kaidah – Kaidah Menghafal Al – Qur’an
Di antara beberapa hal yang dibutuhkan dan harus terpenuhi dalam
proses menghafal Al-Quran.19
a. Ikhlaskan hati
Niat yang ikhlas, ketulusan dalam menempu jalan dari Allah,
tujuan yang lurus, dan menghafal Al-quran semata-mata karna Allah,
serta mengharapkan ridha-Nya, itulah rahasia datangnya taufiq didalam
perjalanan menuntut ilmu.
Nabi bersabda yang terjemahannya :
32
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung dari niatnya”
(shahih muslimm(VI/47)).
Apabilah seorang penuntut ilmu menghafal Al-Quran semata-mata
untuk mencari keridhaan Allah, niscaya ia akan merasakan
kebahagiaan didalam hatinya takkala ia menghafalnya yang tidak ada
tandinganya didunia ini. Kebahagiaan yang dapat mengecilkan setiap
kesulitan yang muncul di hadapanya.
b. Memiliki keteguhan dan kesabaran
Keteguhan dan kesabaran merupakan merupakan factor-faktor
yang penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal Al-
Quran. Hal ini di sebabkan dalam proses menghafal Al-Quran akan
banyak sekali di temui berbagai macam kendala, mungkin jenuh,
gangguan lingkungan karna bising atau gaduh, gangguan batin atau
mungkin karna menghadapi ayat - ayat tertentu yang mungkin
dirasakan sulit menghafalnya.
4. Metode Menghafal Al – Qur’an
Dalam menghafal Al-Quran orang mempunyai metode dan cara yang
berbeda-beda . namun metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas
dari membaca berulan-ulang sampai dapat mengucapkan tampa membuka
mushaf sedikitpun. Menurut sa’dulloh al-hafizh, berikut beberapa cara
menghapal Al-Quran.
33
a. Bin-nazar
Membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur’an yang dihafal dengan
melihat mushaf Al-Qur’an secara berulang-ulang.proses Bin-nazar
hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau sebanyak empat puluh
satu kali seperti yang dilakukan oleh ulama terdahulu. Hal ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafaz
maupung urutan ayat-ayatnya. Agar lebih mudah dalam proses
menghafal, maka selama proses bin-nazar ini diharapkan calon hafizh
juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.
b. Tahfiz
Menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca
berulang-ulang sacara bin-nazha r tersebut. Misalnya menghafal satu
halaman yaitu menghafalkan ayat demi ayat dengan baik, kemudian
merangkaikan ayat-ayatnya yang sudah dihafal dengan sempurna
dimulai dari ayat awal, ayat kedua dan ayat seterusnya.
c. Talaqqi
Menyetor atau mengdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada
kepada seorang guru atau instruktur. Proses talaqqi ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon talaqqi
serta untuk mendapatkan bimbingan secara langsung dari guru atau
instruktur.
34
d. Takrir
Mengulang hafalan yang sudah perna dihafalkan atau sudah perna
disima’kan kepada seorang guru atau instruktur. Takrir dimaksudkan
agar hafalan yang perna dihafalkan tetap terjaga dengan baik, selain itu
juga untuk melancarkan hafalan sehingga tidak mudah lupa.
e. Tasmi
Metode dengan mendengarkan hafalan kepada orang lain, baik kepada
perseorangan maupun jama’ah. Dengan melakukan tasmi’ seorang
menghafal Al-Qur’an akan diketahui kekurang dalam menghafalnya
dan agar lebih berkonsisten.
5. Faktor Pendukung Menghafal Al – Qur’an
a. Meminta kepada sang khalid
Memohon kepada Allah yang membolak balikan hati untuk
memberi kita taufik dan hidayah dalam menghafal Al-Quran. Sebab,
segala usaha yang di lakukan untuk menjadi seorang hafizh tidak akan
terwujud tampa pertolongan dari Allah21.
b. Menggunakan satu cetakan mushab
Mushaf yang berganti-ganti membuat proses tahfizh tidak dapat
berjalan dengan lancer. Sebab, memang kebiasaan seorang yang mulai
menghafal, terlebih dahulu membayangkan bentuk halaman dan
susunan hafalan ayat yang akan akan mereka hafalkan21.
35
c. Menghafal diwaktu kecil
Pikiran anak yang mesih kecil lebih jerni dibandingkan pikiran
orang tua, karna permasalahan dan kesibukannya lebih sedikit. Oleh
karna itu, mengambil kesempatan emas di usia mudah untuk
menghafal Al-Quran merupakan faktor penting untuk mengekalkan
hafalan Al-Quran di dalam ingatan. Di dalam hadist Rasulullah saw :
“Hafalan anak kecil bagaikan mengukir di atas batu, dan
menghafal seorang anak dewasa bagaikan mengukir diatas air” (lihat
ihya’ ‘ulumin Din (III/396))
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanadnya, Rasulullah
SAW beliau bersabda :
“Barang siapa yang menghafal Al-Quran sebelum iya baligh, maka
iya termaksud orang yang diberi ilmu sejak masih kecil” (HR. Imam
al-Baihaqi di dalam Syu’abu Iman (IV/507)).
Selain itu, Imam Al-Bukhari meriwayatkan didalam at-Tarikhul
Kabir, bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mempelajari Al-Quran di usia muda, maka
Allah akan menyatukan Al-Quran didalam daging dan darahnya” (At-
Tarikhul Kabir (III/94))
36
d. Memilih waktu dan tempat yang baik untuk menghafal.
Di antara beberapa tempat penghafal Al-Quran biasanya
menerapkan pola menghafal secara khusus, yakni tidak kesibukan lain
kecuali menghafal Al-Quran.
Memilih waktu yang yang tepat merupakan hal yang sangat
penting untuk menghafal Al-Quran, adapun beberapa waktu yang
dianggap baik untuk menghafal adalah waktu sahur dan setelah shalat
subuh
Imam Al-Baghdadi berkata: ”ketahuilah, ada waktu-waktu tertentu
untuk menghafal yang hendaknya diperhatikan oleh orang yang ingin
menghafal sesuatu. Waktu yang paling tepat untuk itu adal waktu
sahur.”
Imam Ibnu jama’ah berkata: “ waktu yang paling baik untuk
menghafal adalah waktu sahur. Waktu yang paling baik untuk
membahaa adalah waktu pagi hari. Waktu yang paling baik untuk
menulis adalah tengah hari. Dan waktu yang paling baik untuk
menelaah dan berdiskusia adalah malam hari” (Al-jami’ab fil hatstsi
‘ala Hifzhib ‘Ilm, dengan tabqiq Abu ‘Abdullah al-Haddad, Maktabah
Ibnu Taimiyyah – Kairo, cet. I, 1412 H)19.
Berbagai penelitih tentang ingatan (memori) menunjuhkan bahwa
pada waktu setelah shalat subuh daya tangkap pikiran seseorang lebih
kuat, tidak kurang dari 15% dibandingkan waktu-waktu lain lainya.
Dalam hadits juga disebutkan.
37
“Ya, Allah, berkahilah ummatku pada pagi harinya.” (HR At-
Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad. Syaikh Albani manshahihkanya
didukung hadits lain)
Uraian di atas tidak berarti bahwa selain waktu tersebut tidak baik
untuk menghafal Al-Quran. Tapi juga harus mengindari waktu yang
kurang tepat untuk menghafal yaitu setelah makan, setelah bekerja dan
larut malam.
e. Amalkan hafalan
Islam menggabungkan antara ilmu dan amal. Mengamalkan
hafalan yang telah dihafal akan mengokohkan hafan itu didalam
ingatan.
Sufyan ats-Tsauri pernah berkata, “ Ilmu akan berseru (mengajak)
kepada amal”. Apabilah amal itu menjawab seruannya, maka ilmu
itulah yang diharapkan. Tetapi, jika amal tidak menjawabnya, maka
ilmu itu akan pergi19)
Waki’ bin jarrah berkata, “ Kami meminta bantun dalam
menghafal hadist dengan caramenghafalkanya, dan kami meminta
bantuan untuk mencari hadist dengan cara berpuasa.” (10 jurus hafal
Al-Quran)
Seseorang harus mempersiapkan dirinya untuk menghafal, yaitu
dengan membersihkan anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat,
kemudian menghiasinya dengan ketaatan dan mengamalkan apa yang
dia hafalkan.
38
6. Keutaman Menghafal Al –Qur’an
a. Menjadi keluarga Allah Subhaanahu wata’ala
اهلين من الناس عليه وسلم ان صلي عنه قال : قال رسول عن انس رضي
؟ قال أهل القران هم أ قالوا: من هم يارسول وخاصته. (رواه النسائي وابن ماجه هل
والحاكم واحمد)
Terjemahannya:
Dari sayyidina Anas Radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki keluarga
dari kalangan manusia.” Para sahabatnya bertanya, “Siapakah mereka,
ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ahlul Qur’an, mereka adalah
keluarga Allah dan orang-orang istimewa-Nya.” (Hr. nasai, Ibnu
Majah, Hakim, dan Ahmad)
b. Al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi pembacanya di hari kiamat
عنه عليه وسلم ثلآث تحت العرش يوم القيامة عن عبد الرحمن رضي عن النبي صلي
ومن حم تنادي ألآ من وصلني وصله القران يحاج العباد له ظهر وبطن والأمانة والر
. (روى في شرح السنة) قطعني قطعه
Terjemahannya:
Dari Sayyidina Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘anhu. dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda. “Ada tiga hal yang akan berada
di bawah naungan Arasy Ilahi pada hari kiamat: (1) Al-Quran yang
akan membela hamba Allah dan ia mempunyai zhahir dan batin: (2)
Amanat: dan (3) Silaturahmi yang akan berseru, ‘Ingat, Siapa yang
39
menyambung aku, Allah Subhaanahu wata’ala akan menyabungnya
(dengan rahmat-Nya), dan siapa yang memutuskanku, maka Allah
Subhaanahu wata’ala akan memutuskannya(dari rahmat-Nya). ”
(Dikutib dari Kitab Syarhus Sunnah).
c. Keutamaan khusus hafizh Al-Quran
عليه وسلم يقول لوجعل صلى عنه قال : سمعت رسول عن عقبة بن عامر رضي
ق .(رواه الدارمي)القران في اهاب ثم القي في النار ما احتر .
Terjemahannya:
Dari Sayyidina Uqbah bin Amir Radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda. bersabda, “Jika al
Qur’an dijadikan kedalam kulit kemudian dilemparkan kedalam api,
niscaya tidak akan terbakar. ”(Hr. Darami)
d. Hafizh Al-Quran mensyafa’ati 10 keluarga yang wajib masuk
jahannam
عليه وسلم من قرأ القران صلي وجهة قال رسول عنه و كرم عن علي رضي
الجنة وشفعه في عشرة م فاستظهره فحل حلآله وحرم ن اهل بيته كلهم قد حرامه ادخله
وجبت له النار.(رواه أحمد والترمذي وقال هذا حديث غريب وحفص بن سليمان الراوي
ليس هو بالتقوى يضعف في الحديث ورواه أبن ماجه والدارمي)
Terjemahannya:
Dari Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa membaca al
40
Qur’an dan menghafalnya, lalu menghalalkan apa yang dihalalkannya
dan mengharamkan apa yang diharamkannya, maka Allah
Subhaanahu wata’ala . akan memasukannya ke dalam Surga dan allah
menjaminnya untuk member syafaat kepada sepuluh orang
keluarganya yang kesemuanya telah diwajibkan masuk neraka.” (Hr.
Ahmad dan Tirmidzi)
e. Membersikan kerak dihati
عنهما قال: قال صلي عليه وسلم ان هذه القلوب تصدأ عن ابن عمر رضي رسول
وما جلآوها ؟ قال كثرة ذكر الموت وتلآوة القران. الحديد اذا أصابه الماء، قيل يارسول
(رواه البيهقي في شعب الإيمان)
Terjemahannya:
Dari Sayyidina Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hati ini dapat
berkarat sebagaiana besi berkarat bila terkena air.” Shabat bertanya,
“Ya Rasulullah, apakah pembersinya?” Beliau bersabda, “Banyak
mengingat maut dan membaca Al-Quran” (Hr. Baihaqi, dari kitab
Asy-Syu’ab)
f. Paling pantas untuk dicemburui
عليه و سلم لآحسد ألآ في اثنتين صلي قال:قال رسول عنها عن ابن عمر رضي
القران فهو يقوم به انأء الليل وانأء النهار ورجل اعطاه مالآ فهو ينفق منه انأء رجل اتاه
.الليل وانأء النهار.(رواه البخارى ومسلم والترمذى والنسائى وأبن ماجه)
Terjemahannya:
41
Dari Sayyidina Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak dibenarkan hasad (iri
hari), kecuali terhadap dua orang, yaitu orang yang dikaruniai oleh
Allah Subhaanahu wata’ala kemampuan membaca Al-Quran,
kemudian ia selalu sibuk dengannya siang dan malam. Seorang yang
sikaruniai harta oleh Allah Subhaanahu wata’ala, lalu ia
menginfakkanya siang dan malam.” (HR. bukhari, Tirmidzi, dan
Nasa’i)
g. Meninggikan derajat di dunia dan di akhirat
Menghafal Al-Quran akat meningkatkan derajat seorang didunia
dan di akhirat. Didalam sebuah hadist disebutkan, Nabi Muhammad
Saw bersabda :
يرفع بهذا الكتاب أقواما ويضع به إن
آخري
Terjemahannya:
“Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla meninggikan sebuah kaum
dengan kitab ini (Al-Quran), dan merendahkan kaum yang lain dengan
kitab ini pula.”(HR. Muslimno. 817, dari ‘Umar bin Al Khattab)
h. Paling berhak menjadi imam dan pemimpin
Di dalam sebuah hadist Rasulullah saw yang terjemahannya, ”Yang
berhak mengimani sebuah kaum adalah orang yang paling pandai
membaca Kitabullah Azza wa Jallah”. Dalam salah satu kisah di
42
zaman Rasulullah saw, saat setelah selesai perang uhud, dan para
syuhada’ dimakamkan, Rasulullah saw mengumpulkan dua janazah
dalam satu kuburan. Dan beliau mendahulukan orang yang paling
banyak hafalan Al-Qurannya untuk dikuburkan.
7. Proses Menghafal Al – Qur’an Didalam Otak
Salah satu hal yang penting dalam menghafal Al-Qur’an adalah daya
ingat dan memori. Kegiatan menghafal Al-Qur’an sama dengan proses
mengingat (memori), mengingat adalah segalah bentuk upaya untuk
merefleksikan dan meretensikan ingatan terhadap apa yang telah disimpan
utuh salam sensory memory.
Tidak ada suatu “pusat ingatan” tunggal di otak. Neuron-neuron yang
berperan dalam jejak ingatan justru tersebar luas didaerah subkorteks dan
korteks otak. Bagian-bagian otak yang paling berperan dalam ingatan
adalah hipokampus dan struktur terkait dilobus temporalis media, system
limbic, serebellum, korteks prefrontalis dan bagian-bagian lain korteks
serebrum.10
Menghafal Al-Quran jika sekedar menghafal maka hanya
mengandalkan system limbik saja, tetapi menghafal Al-Quran, memahami
artinya dan memperatikkanya dalam kehidupan sehari-hari maka yang
berperan disini adalah sitem limbik dan area korteks prefrontalis.
Menghafal Al-Qur’an adalah salah satu proses mengingat dimana seluruh
materi dalam Al-Qur’an (rincian bagian-bagian seperti fotenik,waqaf dan
lain-lain) harus diingat secara sempurna. Karna itu, seluruh proses
43
mengingat terhadap ayat dan bagian-bagian ini mulai dari proses awal
hingga mengingat kembali (recalling) harus tepat. Karna dalam
memasukkan atau menyimpanya akan keliru pula dalam menggingatnya
kembali, atau bahkan sulit ditemukan didalam memori.9
Seorang ahli psikolog ternama, Atkinson , menyatakan bahwa para ahli
psikolog menganggap penting pembuatan perbedaan dasar mengenai
ingatan. Pertama, mengenai tiga tahap ingatan, yaitu enconding
(memasukkan informasi kedalam ingatan), storage (menyimpan informasi
yang telah dimasukkan), retrieval (mengingat kembali informasi tersebut).
Kedua, mengenai tiga jenis ingata .yaitu ingatan sensorik, short term
memory (ingatan jangka pendek) dan long term memory (ingatan jangka
panjang).
a. Enconding
Suatu proses memasukkan data-data informasi kedalam ingatan.
Proses ini melalu dua panca indra, yaitu penglihatan dan pendengaran.
Secara sederhana, ketika membaca Al-Quran stimulus didapat dari
dunia luar dengan bentuk (pendengaran, penglihatan, perabaan) dan
diperhalus di korteks asosiasi parieto oksipitalis (fungsi
perseptuospasial). Informasi ini lalu dibawa menuju korteks asosiasi
frontalis yang memiliki peran dalam perencanaan. Pintu masuk
informasi melalui sistem limbik dapat melalui amygdala atau secara
tidak langsung melewati formasi hipokampal, melalui area entorhinal
(suatu area di medial lobus temporal yang berfungsi sebagai
44
penghubung di antara jaringan memori dan navigasi yang luas).
Informasi yang masuk ke formasi hipokampal memungkinkan adanya
kaitan dengan pengalaman-pengalaman terdahulu karena formasi
hipokampal penting dalam proses ingatan dan pembelajaran (ingatan
episodik).Ini adalah proses awal ketika menghafal Al-Quran.11
Tanggapan dari hasil penglihatan dan pendengaran oleh kedua alat
sensorik tadi (mata dan telinga) harus mengambil bentuk tanggapan
yang identic (persis sama/fotocopy). Karna itu untuk memudahkan
menghafal Al-Quran sangat dianjurkan menggunakan satu jenis
mushaf Al-Quran sacara tepat agar tidak berubah-ubah sterukturnya
didalam peta mata.9
b. Storage
Proses selanjutnya setelah enconding adalah penyimpanan
informasi yang masuk didalam gudang memori. Gudang memori
terletak didalam memori jangka panjang (long term memory).9
Perjalanan memori dari awal diterima oleh indra hingga kememori
jangka pendek, bahkan ke memori jangka panjang ada yang bersifat
otomatis (automatic prosessing) dan ada pula yang harus diupayakan
(effortful prosessing), proses penyimpanan yang bersifal otomatis pada
umumnya merupakan peristiwa yang istimewa, dan menghafal Al-
Quran termasuk pada kategori yang kedua, jadi harus diupayakan
secara sungguh-sungguh agar tersimpan baik kedalam gudang
memori.9
45
Salah satu upaya agar informasi yang masuk kedalam memori
jangka pendek japat langsung kemori jangka panjang adalah dengan
cara pengulangan (rehearsal atau tartil). Ada dua cara pengulangan.
1) Maintenance rehearsal, yaitu pengulangan yang mempengaruhi
ingatan tampa mengubah struktur (sekedar mengulang biasa) atau
disebut juga pengulangan tampa berfikir.
2) Elaborative rehearsal, yaitu pengulangan yang diorganisasikan dan
diproses secara aktif, serta dikembangkan hubungan-hubungannya
sehingga menjdi suatu yang bermakna.
Tartil yang dilakukan pada umunya dilakukan para penghafal Al-
Quran adalah cara pertama. Yaitu, mengulan-ulang sampai ayat-ayat
Al-Quran dihafal dengan lancer. Cara ini memang lebih cocok dipakai
terutama menghafal materi yang tidak dipahami maknanyaserta
menginginkan urutan-urutan hafalan yang persis dengan teks aslinya.
Tetapi dalam menghafal Al-Quran akan lebih baik kalau menghafal
dengan mengetahuhi maknanya dan akan lebih mudah dalam proses
menghafal dan proses intelegen.9
Penyimpanan informasi dalam gudang memori dan seberapa lama
kekuatanya juga tergantung pada individu. Ada orang yang memiliki
ingatan yang teguh, sehingga menyimpan informasi dalam waktu yang
lama, meskipun tidak atau jarang diulang, sementara yang lain
mengulang secara berkala bahkan cendrung trus-menerus. Materi
46
hafalan yang mengharuskan keutuhan urutan-urutan (sequence) seperti
hafal Al-Quran memang harus selalu diulang karna dengan tidak
demikian maka akan maka akan hilang dan dilupakan, sebagai mana
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
أطلقها ذهبتإنما مثل صاحب القرآن كمثل الإبل المعقلة . إن عاهد عليها أمسكها . وإن
“Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat,
maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan
pergi” (HR. Muslim 789)
Setiap orang yang menghafal Al-Quran sebenarnya tahu betul
bahwa jika tidak megulang-ulang hafalanya secara terus-menerus maka
hafalanya akan hilang. Jika terus mengulang-ulang hafalan akan
membantu konselidasi dari memori jangka pendek kemomori jangka
panjang dan akan menguatkan hafalan.9
c. Retrieval
Mengungkapkan kembali (reproduksi) informasi yang telah
disimpan didalam gudang memori adakalanya serta merta dan ada
kalanya perlu pancingan. Dalam proses menghafal Al-Quran urutan-
urutan ayat sebelumnya secara otomatis menjadi pancingan terhadap
ayat-ayat sebelumnya. Karna itu, biasanya lebih sulit menyebutkan
ayat yang terletak sebelumnya dari pada yang terletak sesudahnya.
Atau mungkin akan menemukan masalah ketika akan mengingat ayat
yang teleletak diawal pojok Al-Quran, karna waktu menghafal telah
47
ter-antara-I oleh berbahgai informasi dengan akhir pojok sebelumnya.
Apabila persambungan antara satu halaman dengan halaman
berikutnya tidak terurut dalam peta mental, maka mungkin akan
mengalami pada saat ingin mereproduksi awal halaman baru. Oleh
karna itu, perlu melakukan persambungan dalam menghafalnya agar
didalam peta mental juga terjadi persambungan yang berarti. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menghafal ulang satu atau dua ayat yang
telah dihafal terkhir sebelumnya, kemudian menyambungkanya
dengan menghafal ayat yang baru saat ini. Urutan yang dibuat menjadi
terhadap ayat yang terletak dibelakangnya. Proses ini memudahkan
terjadinya reproduksi atau memngingat kembali.9
C. Intelegensi
1. Definisi Intelegensi
Intelegensi merupakan salah satu kemampuan mental, pikiran atau
intelegtual manusia. Intelegensi berasal dari kata latin, yaitu intellegere,
yang berarti memahami. Intelegensi atau kecerdasan adalah kapasitas
seseoran untuk memperoleh pengetahuan, yakni belajar dan memahami,
mengaplikasikan pengetahuan atau memecahkan masalah, dan dan
melakukan penalaran abstrak.16
Menurut Louis leon thurstone (29 mei 1882- 30 september 1955)
mengemukakan teori multifaktor yang meliputi 13 faktor. Diantara ketiga
belas faktor tersebut, ada tuju faktor yang mempengaruhi faktor dasar
(primer abilities), yaitu16;
48
a. Verbal comprehension (V), kecepatan untuk memahami oengertian
yang diucapkan dengan kata-kata.
b. Word fluency (W), kecepatan dan kefasihan menggunakan kata-kata.
c. Number (N), kecepatan untuk memecahkan masalah matematika
(menggunakan angka-angka atau matematika).
d. Spase (S), kecepatan tilikan ruang, sesuai dengan bentuk hubungan
formal, seperti menggambarkan design dari memori.
e. Memory (M), kecepatan untuk mengingat
f. Perseptual (P), kecakapan mengamati dan menafsirkan, mengamati
persamaan dan perbedaan suatu subjek. Tes ini kadang-kadang
dihilangkan dalam beberapa bentuk.
g. Reasoning (R), kecakapan menemukan dan menggunakan prinsip-
prinsip.
2. Aspek Biologis Intelegensi
Otak terdiri dari jutaan saraf yang bereksi terhadap interaksi kimia
maupun elektrik. Aktivitas listrik otak diukur terutama dengan
Electroencephalogram (EEG).Dijelaskan bahwa semakin tinggi suatu IQ
yang dimiliki seseorang maka semakin efisien waktu yang digunakan
untuk memproses informasi serta ditemukan pada sebuah penelitian bahwa
subyek dengan IQ yang lebih tinggi memiliki amplitude yang lebih kecil
dibanding subjek dengan IQ lebih rendah karena otak akan menggunakan
lebih sedikit neuron untuk memproses informasi sehingga dapat
menyimpan lebih banyak energi, atau dapat dikatakan lebih efisien.14
49
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi
Dalam buku introduction to psychology, Atkinson dkk. (1988)
menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi inteegensi seseorang.
a. Keterkaitan dengan faktor lingkungan
Kandisi lingkungan yang menentukan potensi intelegensi individu
akan berkembang, antara lain: nutrisi dan kesehatan, kualitas stimulasi,
iklim emosional di rumah, dan jenis umpan balik yang ditempu oleh
perilaku. Misalnya dua orang yang memiliki gen yang sama, orang
dengan nutrisi prenatal dan postnatal yang lebih baik , yang dapat
erangsang intelegtual lebih banyak, dan rumah.
b. Keterkaitan dengan faktor keturunan
Terbukti pada suatu penelitian bahwa korelasi nilai tes IQ dari
suatu keluarga sekitar 0,50. Korelasi yang tinggi ditemukan pada dua
anak kembar yaitu dengan hasil tes IQ sekitar 0,90. Bahkan pada anak
kembar yang dibesarkan secara terpisah menunjukkan korelasi IQ yang
tinggi, walaupun mereka tidak saling kenal. Hal ini berarti bahwa
inteligensia bersifat herediter. 13
c. Intelligence Quotient (IQ)
IQ tidaklah sama dengan inteligensia. IQ atau merupakan skor
yang didapatkan dari alat tes kecerdasan. Dengan begitu, IQ hanyalah
menggambarkan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseoang
dan bukanlah secara keseluruhan.
d. Faktor kematangan
50
Setiap organ fisik maupun psikis dikatakan matang apabila telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
e. Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala faktor yang berasal dari luar individu
yang mempengaruhi perkembangan inteligensia.
f. Minat dan perkembangan yang khas
Di dalam diri manusia terdapat dorongan untuk berinteraksi dengan
dunia luar.
g. Kebebasan
Kebebasan memiliki arti bahwa metode-metode tertentu dapat
dipilih oleh manusia dalam memecahkan berbagai masalah.
Keseluruhan pribadi juga ikut menentukan inteligensia seseorang
dimana keseluruhan pribadi ini dapat dilihat dalam tindakan manusia
dalam mengambil keputusan. Faktor yangturut berpengaruh dalam
mengambil keputusan dapat menjadi pedoman dalam menentukan
inteligensia seseorang.12
h. Keterkaitan dengan faktor stimulasi/rangsangan
Rangsang pada masa kecil bias mengubah ukuran dan fungsi
kimiawi dari otak.
4. Macam – Macam Tes Intelegensi
Tes inteligensia mengukur kemampuan intelektual seseorang yang
termasuk ke dalam psychometric test. Psycho = mind = pikiran dan metric
= measurement = pengukuran, sehingga psychometric secara sederhana
51
berarti pengukuran pikiran atau pola pikir. Beberapa tes yang umum
digunakan untuk mengukur inteligensi yaitu17:
a. Weschler Intelligence Test : Terdapat berbagai macam tes yang dibagi
sesuai dengan golongan usia:
1) Weschler Adult Intelligence Scale (WAIS-III), yaitu untuk dewasa
2) Weschler Intelligence Scale for Children (WISC-IV), yaitu untuk
anak-anak
3) Weschler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI-III),
yaitu usia yang lebih muda lagi;.
4) David Weschler merancang tes sebagai 2 kategori subtes yaitu
verbal dan performance (nonverbal). Akan tetapi seiring
perkembangan pengetahuan dan penelitian, saat ini terdapat 4 skor
indeks yang dinilai dalam tes ini dimana data yang dikumpulkan
bersifat normatif 40(Pomerantz AM. Intellectual and
neuropsychological assessment. Clinical Psychology. Illinois:
SAGE, 2007:173-183)
a) Verbal Comphrehension Index, yaitu mengukur pembentukan
konsep verbal dan penalaran verbal
b) Perceptual Reasoning Index, yaitu mengukur fluid reasoning,
spatial processing, dan visual-motor integration
c) Working Memory Index, yaitu mengukur kapasitas dalam
menyimpan, mentransformasi, dan memanggil kembali
informasi dan data di dalam shortterm memory
52
d) Processing Speed Index, yaitu mengukur kemampuan untuk
secara cepat dan akurat memproses suatu informasi hafalan
b. Stanford-Binet Intelligence Test
Stanford-Binet edisi ke-5, atau yang selanjutnya disebut SB5,
berbeda dengan Weschler Intelligence Test. SB5 tidak terbagi ke
dalam 3 kategori usia seperti Weschler, melainkan hanyalah satu tes
tunggal yang dapat diberikan di segala usia. Skor indeks yang dinilai
dalam SB5 ialah: 40.13
1) Fluid reasoning, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah
baru
2) Knowledge, yaitu informasi umum yang terakumulasi dari waktu
ke waktu melalui pengalaman pribadi termasuk pendidikan,
keluarga, dan lingkungan
3) Quantitative reasoning, yaitu kemampuan untku memecahkan
masalah numeric
4) Visual-spatial processing, yaitu kemampuan untuk menganalisis
informasi secara visual, termasuk hubungan di antara obyek-obyek,
orientasi ruang / spasial, mengabungkan suatu teka-teki gambar
hingga menjadi utuh, dan mendeteksi pola-pola visual
5) Working memory, yaitu kemampuan untuk bertahan dan
mentransformasikan suatu informasi dalam memori jangka pendek
Masing-masing dari kelima kategori ini terbagi menjadi dua bagian
yaitu verbal dan nonverbal. Secara keseluruhan, Weschler telah
53
dikenal dan dipakai secara lebih umum dibandingkan dengan SB5,
akan tetapi S5 tetap memiliki posisi yang juga dihargai dan tetap
bertahan popularitasnya selama satu abad terakhir.
D. Hubungan Menghafal Al-Qur’an Dengan Intelegensi
Menghafal berkaitan erat dengan ingatan atau memory. Solso, Maclin, dan
Maclin (2008) menjelaskan memory atau memori (dalam alih bahasa)
merupakan komponen struktural yang berisi informasi-informasi25. Struktur
ingatan dapat dibedakan menjadi tiga sistem, yaitu: sistem ingatan sensorik
(sensory memory), sistem ingatan jangka pendek atau short term
memory (STM), dan sistem ingatan jangka panjang atau long term memory
(LTM). Bila mendapatkan perhatian, maka informasi itu akan diproses lebih
lanjut ke dalam short-term memory Apabila informasi ini tidak diulangulang
atau dianggap penting maka dapat hilang. Namun apabila sering diulang-ulang
akan berpindah ke long term memory26.
Kebiasaan menghafal yang diulang-ulang tentu akan menjadikan memori
tersebut berkembang dengan baik. Ketika memori berkembang baik maka
akan mempengaruhi inteligensi atau kecerdasan. Amthauer dan
para ahli yang lain menyebutkan bahwa memori merupakan salah satu aspek
di dalam inteligensi manusia27. Intelegensi merupakan pembawaan yang masih
bersifat umum. Selain itu inteligensi adalah bagian dari kepribadian yang
dimiliki individu28.
Para penghafal Al-Quran mengulang ayat yang sudah dihafal tiap pagi
dan sore atau pada waktu yang baik untuk menghafal. ini salah satu bentuk
54
peningkatan kemampuan memori dengan mengulang secara teratur. Meninjau
kembali secara periodic informasi yang telah diperoleh akan membantu
penempatan informasi tersebut di system ingatan jangka panjang secara lebih
baik hingga mudah diingat kembali.
Dengan latihan terus menerus disertai bimbingan instruktur seorang
penghafal akan mudah dalam mengenal sifat-sifat atau perilaku ingatan, secara
otomatis menghafal yang dilakukan tiap hari akan meningkatkan suatu
kemampuan strategi penyimpanan memori yang masih berada di sensory
memory dan akan lebih mudah tersimpan didalam ingatan jangka pendek.
Huttenlucher dan Burke mengatan bahwa semakin banyak orang menjaga
memorinya, semakin banyak memori mudah dihafal. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa pengulangan yang dilakukan untuk menjaga
memori yang diperoleh akan memungkinkan ingatan yang ada di ingatan
jangka pendek secara rutin akan meningkatkan tingkat konsentrsi dalam
mengingat informasi.
Menghafal Al-Quran dengan memahami maknanya merupakan
penyimpanan informasi dengan penyimpanan yang mendalam (deep level
processing), sebab penyimpanan tersebut Panjang, dan melibatkan aspek
emosi dan semantic sehingga lebih mudah tersimpan dalam memori jangka
panjang. Pengulangan juga merupakan bentuk pengaktifan memori jangka
pendek atau memori kerja, dimana dengan mengulang ingatan tersebut ingatan
yang berada dingatan jangka Panjang dipanggil untuk masuk ke ingatan
jangka pendek dan ingatan yang berada dimemori sensorik masuk keingatan
55
jangka pendek. Dengan pengaktifan pada kedua ingatan tersebut informasi
lebih mudah dipanggil sewaktu-waktu.
Korteks prafrontalis dan memori kerja bagian yang berperan utama dalam
memadukan kemampuan berfikir kompleks yang berkaitan dengan memori
kerja dan korteks asosiasi prafrontalis. Korteks prafrontalis berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara untuk menahan data-data relevan dan juga
berperan besar dalam apa yang di sebut sebagai fungsi eksekutif yang
melibatkan manipulasi dan integrasi informasi ini untuk perencanaan
pemilihan proritas, membuat pilihan, pemecahan masalah pengorganisasian
aktifitas dan penghambatan impuls.
Fungsi eksekutif memungkinkan seseorang untuk memutuskan apa yang
dilakukan dan bukan hanya reaksi pada situasi saat itu. Korteks prefrontalis
melaksanakan fungsi-fungsi berfikir kompleks ini dengan kerjasan dengan
semua regio sensorik otak, yang berhubungan dengan korteks prefrontalis
melalui koneksi-koneksi saraf. Klasifikasi umum dari ingatan yaitu ingatan
jangka pendek, ingatan jangka menengah, dan ingatan jangka panjang.16,17
Selain klasifikasi ingatan secara umum, ini berhubungan dengan lobus
prefrontalis, terdapat jenis lain dari ingatan yang disebut “ingatan aktif”.
Ingatan aktif ini terutama meliputi ingatan jangka pendek yang digunakan
dalam proses pemikiran intelektual, namun penggunaannya berakhir saat
setiap tahap permasalahan terselesaikan16,17. Berikut adalah mekanisme
fasilitasi dari ingatan:
56
a. Perangsangan terminal fasilitator bersamaan dengan terminal sensorik
akan melepaskan serotonin pada sinaps fasilitator di permukaan
terminal sensorik.
b. Serotonin bekerja pada reseptor serotonin menghasilkan enzim
adenililsiklase yang menyebakan terbentuknya enzim cyclic Adenosin
Monophosphate (cAMP).
c. AMP siklik menghambat penjalaran kalium pada kanal.
d. Berkurangnya penjalaran kalium menimbulkan potensial aksi yang
semakin lama pada terminal presinaps, karena diperlukan aliran keluar
ion kalium terminal untuk pemulihan cepat dari potensial aksi.
e. Potensial aksi yang lama menyebabkan aktivasi yang semakin lama
pada kanal-kanal kalsium yang selanjutnya meningkatkan pelepasan
transmitter oleh sinaps-sinaps dan mengakibatkan fasilitasi penjalaran
sinaps secara bermakna ke neuron selanjutnya.
Secara tidak langsung, peningkatan sensitivitas perangsangan yang lama
pada terminal sensorik menimbulkan jejak ingatan, dimana jejak ingatan inilah
yang berperan dalam proses pemikiran intelektual seseorang yang penggunaannya
berakhir saat setiap tahap permasalahan terselesaikan. Hipokampus dan ingatan
deklaratif. Hipokampus merupakan tempat dominan terjadinya pjp serta krusial
bagi konsolidasi menjadi ingatan jangka panjang.
Hipokampus dipercaya menyimpan ingatan jangka panjang baru hanya
sesaat dan kemudian memindahkannya kebagian korteks lain untuk penyimpanan
yang lebih permanen. Tempat penyimpanan jangka panjang baru mulia akan
57
diungkap oleh para ilmuan saraf.10 Hipokampus dan daerah sekitarnya sangat
berperan dalam ingatan deklaratif ingatan “apa” tentang orang, tempat, benda,
fakta dan kejadian spesifik yang siring terbantuk setelah hanya satu pengalam dan
dan dapat dikemukakan dalam satuan pernyataan sepetri “saya melihat patung
liberty musim panas lalu” atau mengingat kembali suatu gambar dalam ingatan.
Para peneliti telah mengidentifikasiakan berbagai tempat penyimpanan
dikorteks prafrontalis, bergantung pada sifat data saat ini. Sebagai contoh, memori
kerja yang melibatkan petunjuk-petunjuk tentang ruang terletak di lokasi
prafrontalis yang berbeda dengan memori kerja yang melibatkan petunjuk verbal
atau petunjuk tentang penampakan suatu benda. Salah satu teori yang menarik
adalah kepandaian seseorang mungkin ditentukan oleh kapasitas memori kerja
orang tersebut untuk menahan secara sementara dan mengaitkan berbagai data
yang relevan.10
Apa yang diungkapkan oleh ilmu pengetahuan manusia sesungguhnya
adalah adalah bukti kebenaran Al-Quran. Bagian lobus frontalis otak memiliki
peranan sangat penting karna memiliki fungsi-fungsi mental tingkat tinggi yang
mengontrol kemampuan-kemampuan kognitif seperti ekspresi emosi, pemecahan
masalah, daya ingat, pertimbangan hukum dan perilaku seksual. Ringkasanya,
lobus frontalis adalah panel control bagi kepribadian serta kemampuan untuk
mengomunikasikannya. Membuat rencana masa depan serta kesadaran akan
konsekuensi masa depan dari tindakanyang dilakukan hari ini juga berlangsung
diotak ini, sehingga bagian otak ini akan sangat memengaruhi fungsi bagian yang
lainya seperti pikiran, sensasi dan perasaan.15
58
Dengan potensial memori jangka panjang, terjadi modifikasi sebagai
peningkatan penggunaan pada sinaps yang akan meningkatkan kemampuan neuro
presinaps untuk mengeksitesi neuron postsimaps pada masa depan. Dengan
begitu, semakin sering digunakan koneksinya akan semakin kuat. Penguatan ini
berkaitan dengan pembentukan lebih banyak EPSPs (excitatory postsynaptic
potential) pada neuron postsinaps sebagai respon signal kimia dari inpit excitatory
tertentu. Peningkatan respon eksitatori akan ditranslasikan menjadi lebih banyak
potensial aksi yang dikirim sepanjang sel postsinaps tertentu ke neuron lainya.
LTP (long term potentiation) ini memerlukan waktu berhari-hari bahkan
berminggu-minggu untuk menkonsolidasi memori jangka pendek menjadi memori
jangka panjang.
LTP terjadi di hipokampus, tempat yang sangat penting bagi perubahan
ingatan jangka pendek menjado ingtan jangka panjang. Hipokampus adalah
bagain tengah lobus temporalis yang memanjang yang merupakan bagian sistem
limbik,10 Jika sekedar Menghafal al-Quran yang berperan hanyalah hipokampus
tapi ketika menghafal al-quran dan memahami maknanya dan mengamalkannya
maka yang berperan disini adalah hipokampus dan prefrontal lobus.
59
E. Kerangka Teori
Menghapal Al – Qur’an
Tahsin Tahfizh Tafsir Tathbiq
Metode Menghapal Al – Qur’an
Tahsin Hanya menggunakan satu cetakan mushaf yang sama
Tahfizh Hapalan dilakukan terus – menerus setiap hari
Tafsir Membaca dan memahami kandungan/ makna Al-Qur’an
Tathbiq Mengamalkan dalam tindakan/perilaku sehari - hari
Hafizh Qur’an
Sitem limbik dan area korteks prefrontalis berperan
Kecerdasan Intelegensi Meningkat
Konsolidasi memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang
60
: Diteliti
: Tidak Diteliti
61
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
a. Variabel Indipenden (Menghafal Al-Quran)
a. Definisi : seseorang yang mampu melafalkan ayat suci Al-quran
dengan baik dan benar tanpa melihat Al-Quran dan memiliki bukti
tertulis berupa sertifikat tahfizh bagi tahfizh 30 juz dan buku setoran
hapalan bagi tahfizh kurang dari 30 juz.
b. Alat Ukur : Kuesioner
c. Cara Ukur : Wawancara
d. Hasil Ukur :
1) kelompok 1 = 1 – 10 juz
Menghafal
Al-Quran
Kecerdasan Intelektual(IQ)
Tingkatan Hafalan (3 kelompok) :
1. 1 – 10 juz 2. 1 – 20 juz 3. 1 – 30 juz
Tingkatan IQ (3 kelompok) :
1. Low
2. Normal
3. High
62
2) kelompok 2 = 1 – 20 juz
3) kelompok 2 = 1 – 30 juz
e. Skala : Kategorik
b. Variabel Dependen (Kecerdasan Intelektual)
a. Definisi : Istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat
pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan seperti kemampuan
menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa dan belajar.
b. Alat Ukur : Aplikasi Standard Progressive Matrices
c. Cara Ukur : kecerdasan intelektual (IQ) diperoleh dengan tes pada
aplikasi yang telah tervalidasi dengan standar deviasi 16.
d. Hasil Ukur :
1) Low : <90
2) Normal : 90 – 110
3) High : >110
e. Skala : Kategorik
C. Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis Nol : Tidak ada pengaruh antara menghafal Al-Quran
dengan kecerdasan intelegensi (IQ).
b. Hipotesis Alternatif : Terdapat pengaruh antara menghafal Al-Quran
dengan kecerdasan intelegensi (IQ).
63
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan pada masalah penelitian dan tujuan yang ingin dicapai, maka
jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan menghafal Al-Quran
terhadap kecerdasan intelektual (IQ) pada mahasiswa Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Ma’had Al-birr Universitas Muhammadiyah Makassar yang dilakukan di
Asrama Tahfizh Putri Andi Tonro dan di Masjid Nurul Khair pada Tahfizh
Putra Andi Tonro. Dilakukan pada tanggal 21 Januari hingga 18 Februari
2019.
C. Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar yang berjumlah 102 tahfizh.
2. Sampel
Teknik sampling penelitian ini yaitu purposive sampling, dimana
sampel dipilih untuk mewakili orang yang menghafal Al-Quran pada
mahasiswa Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar sesuai dengan
proporsinya didalam populasi.
Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yaitu :
64
a. Kriteria inklusi
1) Terdaftar sebagai mahasiswa Al-Birr Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2) Menghafal Al-Quran.
3) Bersedia menjadi responden.
b. Kriteria eksklusi
1) Memiliki kelainan indera khusus.
2) Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian.
D. Rumus besar sampel
Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini ditentukan melalui
perhitungan jumlah populasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini telah
diketahui sehingga pengambilan sampel yang diperlukan dalam penelitian
ini menggunakan rumus Slovin pada berikut :
n =
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan (5%)
n =
n = ( %)
65
n = 81
E. Teknik Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
dari variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada
dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariate dilakukan dengan uji chi square untuk
mengetahui signifikan antara masing-masing variabel terikat.
Penelitian dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika
mempunyai nilai p >0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
F. Pengolahan Data
Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
komputer, melalui tahapan sebagai berikut :
a. Editing (penyuntingan data)
Pada tahap ini dilakukan pengecekan data sekunder untuk melihat
kelengkapan jawaban, kejelasan dan kesesuaian dengan pertanyaan
dalam penelitian.
b. Coding (Pengkodean data)
Dalam proses ini akan dilakukan pengklasifikasian jawaban
dengan memberi kode-kode untuk mempermudah proses pengolahan
data.
66
c. Entry (Peng-inputan data)
Pada tahap ini dilakukan pemasukan data-data yang sudah
dikumpulkan kedalam program komputer untuk proses analisis.
d. Cleaning (pembersihan data)
Pada tahap ini dilakukan proses pembersihan data untuk
mengidentifikasi dan menghindari kesalahan sebelum data di analisa.
Proses cleaning diawali dengan menghilangkan data yang tidak
lengkap dan data yang mempunyai nilai ekstrim.
G. Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan
izin untuk mendapatkan pesetujuan. Kemudian dilakukan penelitian
kepada subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang
meliputi :
a. Informed Consent
Lembaran persetujuan untuk menjadi responden penelitian
b. Anonimity (tanpa nama)
Menjaga kerahasiaan identitas dan temuan klinis, sehingga diharapkan
tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
c. Confidentiality
Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak
yang terkait sesuai dengan manfaat yang telah disebutkan sebelumnya.
67
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sampel dan Lokasi Penelitian
Telah dilakukan penelitian tentang hubungan antara menghafal Al-Qur’an
dengan tingkat kecerdasaan intelektual (IQ) pada mahasiswa Ma’had Al-birr
Universitas Muhammadiyah Makassar yang dilakukan pada tanggal 21
Januari - 18 Februari 2019 dilakukan di dua tempat yaitu di Asrama Tahfizh
Putri Andi Tonro dan di Masjid Nurul Khair pada Tahfizh Putra Andi Tonro.
Kedua tempat ini berada dalam lokasi yang sama yaitu di dalam BTN Andi
Tondro Permai. Penelitian ini dilakukan dengan membagikan lembaran
identitas dan mengukur tingkat intelegenmsi (IQ) menggunakan 39 soal pada
aplikasi psikotes yang telah tervaliditas dengan stander deviasi 16. Dari 102
penghafal Al-Quran hanya 81 yang bersedia menjadi responden diantaranya
terdapat 33 penghafal laki-laki dan 48 penghafal perempuan.
Seluruh responden merupakan penghafal Al-Quran yang berstatus sebagai
mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar, dimana sebagian diantara
menetap diasrama dan sebagian lainnya ada pula yang tidak menetap. Seluruh
penghafal tersebut diwajibkan mengikuti jadwal pembelajaran khususnya
dalam program menghafal Al-Qur’an. Masing – masing asrama memiliki
pembimbing yakni ust. Abd Azis, Muh. Syahrul Habib, Ahmad Tampa di
asrama putra dan Aminah di asrama putri.
68
B. Hasil Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Hasil analisis karakteristik pada penelitian ini menggambarkan
distribusi responden berdasarkan data demografi. Hasil data karakteristik
responden didapatkan sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frequency Presentase (%)
Perempuan 31 38,3
Laki-laki 50 61,7
TOTAL 81 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.1, distribusi frekuensi jenis kelamin yang menjadi
responden total sebesar 81 orang, dimana jenis kelamin laki-laki berjumlah
50 responden (61,7%) lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin perempuan
berjumlah 31 orang (38,3%).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Hafalan Al-Qur’an Responden
Jumlah Hafalan Juz Jumlah (n) Presentase (%)
1 - 10 Juz 38 46,92 11 - 20 Juz 30 37,03
> 20 Juz 13 16,05
Total 81 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa frekuensi jumlah hafalan
al-qur’an yang menghafal 1-10 juz sebanyak 38 responden (46,92%),
sedangkan yang menghafal 11-20 juz sebanyak 30 responden (37,03%),
dan yang menghafal >20 juz sebanyak 13 responden (16,05%).
69
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi tngkat IQ Responden
Tingkat IQ Jumlah (n) Presentase (%)
Low (<90) 17 21% Normal (90-110) 54 66,7%
High (>110) 10 12,3%
Total 81 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa tingkat IQ responden di
Ma’Had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar yaitu dimana
jumlah Responden yang memiliki tingkat IQ Low (<90) adalah berjumlah
17 responden (21%), sedangkan jumlah responden yang memiliki tingkat
IQ yang Normal (90-110) berjumlah 54 responden (66,7%) dan jumlah
responden yang memiliki tingkat IQ yang High (>110) adalah berjumlah
10 orang (12,3%).
C. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 5.4 Hasil Hubungan Menghafal Al-Qur’an dengan Tingkat IQ
Responden
Hafalan Al-
Qur’an
IQ Total P
Low Normal High
1 – 10 juz
11 – 20 juz
>20 juz
12
5
0
24
22
8
2
3
5
38
30
13 0.007
Total 17 54 10 81
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.4 diatas, menunjukkan bahwa dari total 81
responden yang menghafal Al-Quran, terdapat 17 responden yang
memiliki tingkat IQ low, 12 orang responden masuk dalam kategori
70
menghafal juz Al-Quran 1-10 juz ,5 orang responden masuk dalam
kategori menghafal juz Al-Quran 11-20 juz dan tidak terdapat responden
yg memiliki tingkat IQ low pada kategori menghafal >20 juz.
Pada tabel diatas juga menunjukkan bahwa terdapat 54 responden
yang memiliki tingkat IQ Normal, 24 orang responden masuk dalam
kategori menghafal juz Al-Quran 1-10 juz , 22 orang responden masuk
dalam kategori menghafal juz Al-Quran 11-20 juz dan terdapat 8
responden yg memiliki tingkat IQ Normal pada kategori menghafal > 20
juz.
Selain itu, terdapat 10 responden yang memiliki tingkat IQ tinggi, 2
orang responden masuk dalam kategori IQ tinggi yang menghafal juz Al-
Quran 1-10 juz , 3 orang responden masuk dalam kategori IQ tinggi yang
menghafal juz Al-Quran 11-20 juz dan terdapat 5 responden yg memiliki
tingkat IQ tinggi pada kategori menghafal Al-Quran > 20 juz.
Dari hasil analisis uji Chi-Square, dengan menggunakan sistem
komputerisasi didapatkan hasil (p-value <0,007), hasil penelitian ini
dikatakan signifikan atau berhubungan jika p<0,05 sehingga dapat
dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara menghafal Al-Qur’an dengan tingkat kecerdasan
intelektual (IQ) pada mahasiswa Ma’Had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
71
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa menghafal Al-Qur’an dapat
mempengaruhi tingkat kecerdasan intelektual (IQ) seseorang, khususnya
pada mahasiswa Ma’Had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
72
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan
pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar, maka berikut merupakan
pembahasan tentang hasil penelitian yang didapatkan.
Terdapat berbagai pesantren ataupun universitas yang menerapkan program
penghapalan Al – Quran salah satunya ialah Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar.
Sebanyak 102 tahfizh dalam naungan Ma’had Al – Birr Unismuh Makassar yang
terbagi menjadi 65 tahfizh laki-laki dan 42 tahfizh perempuan. Dari jumlah
tersebut total keseluruhan yang bersedia menjadi respoden dalam penelitian ialah
81 tahfizh yang terbagi menjadi 33 tahfizh laki-laki dan 48 tahfizh perempuan.
Dimana masing – masing tahfizh memiliki jumlah hapalan yang berbeda – beda.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membedakan
jenis kelamin. Pembagian jenis kelamin yang diperoleh hanya berdasarkan
kesediaan responden untuk ikut serta dalam penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian jumlah hafalan dikelompokkan menjadi 3 kategori hafalan.
Kategori hapafalan tersebut dikategorikan berdasarkan jumlah juz yang dihafal.
Kategori satu ialah tahfizh yang menghafal 1 – 10 juz, kategori dua ialah tahfizh
yang jumlah hafalan 11 – 20 juz, dan kategori tiga ialah tahfizh yang jumlah
hafalan 20 juz keatas yaitu kisaran 21 hingga 30 juz. Dari 81 data kuesioner yang
dikumpulkan sebanyak 38 reponden masuk dalam kategori satu, 30 reponden
masuk dalam kategori tiga, dan sisanya yaitu sebanyak 13 orang masuk dalam
kategori tiga dan 10 tahfizh diantaranya telah menuntaskan hafalannya sebanyak
73
satu Al-Quran atau 30 juz. Pengelompokan tahfizh sebanyak tiga kelompok
dimaksudkan agar peneliti dapat menganalisis perbedaan IQ berdasarkan jumlah
hapalan dari setiap tahfizh.
Dalam penelitian ini IQ dibagi menjadi 3 kategori yaitu kategori low untuk
nilai tes IQ kurang dari 90, kategori normal untuk nilai tes IQ 90 – 110 dan
kategori high untuk nilai tes IQ lebih dari 110. Pembagian kategori IQ didasarkan
pada instrumen tes IQ yakni Statistic Progressive Matrics.
Berdasarkan hasil tes intelektual yang telah dilakukan terhadap 81 tahfizh
Ma’had Al – Birr Unismub Makassar diperoleh nilai tes intelektual terendah yaitu
65 sedangkan nilai tes intelektual tertinggi yaitu 118. Rata – rata nilai tes
intelektual dari 81 tahfizh yaitu 99,65 dimana nilai tersebut masuk dalam kategori
normal. Sehingga dapat disimpulkan rata – rata tahfizh Ma’had Al – Birr
Unismub Makassar memiliki tingkat intelektual yang normal.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat hubungan antara
menghafal Al-Qur’an dengan tingkat kecedasan intelektual (IQ) pada Mahasiswa
Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar dinyatakan bermakna, dimana terdapat
hubungan anatara menghafal Al-Qur’an dengan tingkat kecedasan intelektual (IQ)
pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar. Hal ini dibuktikan dengan
hasil uji Chi-Square, dimana didapatkan nilai p-value = 0.007 (p < 0.05). Hal ini
menyatakan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima, yaitu terdapat hubungan
antara menghafal Al-Qur’an dengan tingkat kecedasan intelektual (IQ) pada
Mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar. Dimana dapat dikatakan semakin
74
banyak jumlah hafalan Al – Quran seseorang akan mempengaruhi tingkat
kecerdasan intelektual orang tersebut pula.
Proses menghapal Al-Quran di Ma’had Al-Birr dilakukan dengan metode
pengulangan setiap hari. Dalam satu hari, mahasiswa tahfizh akan melakukan tiga
kali muraja’ah yakni pada jam 13.00 hingga 14.00, jam 16.00 hingga 17.00 dan
jam 19.30 hingga 21.30. Muraja’ah ini dilakukan setiap selesai melaksanakan
sholat duhur, asar dan isya. Selain itu, program pembelajaran pada mahasiswa
Ma’had Al-Birr terdiri dari berbagai macam program yang dapat meningkatkan
ilmu dan wawasan agama mahasiswa. Beberapa agenda selain muraja’ah yakni
qiyamullail, shalat lima waktu, halaqah, dhurus idhafiyah, pembacaan syarah
riyadhussalihin, dzikir pagi petang, kultum, kerja piket, makan, mandi dan
kegiatan pribadi. Menurut wawancara terhadap salah satu pembina mahasiswa,
mengatakan bahwa kegiatan ini diprogramkan dengan maksud agar mahasiswa
dapat mengefisienkan waktunya dalam beraktifitas. Mahasiswa diharapkan dapat
melakukan aktifitas yang bermanfaat dan bisa menjadi wadah penyalur ilmu yang
telah diperoleh melalui proses pembelajaran maupun hafalan Al-Quran yang telah
dipelajari. Artinya, dalam proses menghafal Al-Quran, mahasiswa Ma’had Al-
Birr menghapal ayat Al-Quran dan juga senantiasa untuk memahami dan
mengamalkan hafalannya. Hal ini memungkinkan mahasiswa memahami Al-
Quran secara dalam dan menggunakan sitem limbik dan area korteks prefrontalis
yang merupakan pusat berpikir kompleks pada manusia. Lutfah (2011) dalam
penelitiannya, menyimpulkan ada hubungan positif dan signifkan antara hafalan
qur’an dengan prestasi belajar29.
75
Penelitian yang lain dari Sari (dalam Rawan dan Hertinjung)
menyimpulkan bahwa tinggi rendahnya kebiasaan menghafal Juz 30
AlQur’an berbanding lurus dengan konsentrasi belajar, artinya semakin
banyak seseorang menghafal ayat dalam Al-Qur’an semakin tinggi tingkat
konsentrasinya30.
76
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan
antara mengahafal Al-Quran dengan tingkat kecerdasan intelektual pada
mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara menghafal Al-Quran dengan tingkat
kecerdasan intelektual pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh
Makassar
2. Tahfizh Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar rata – rata memiliki tingkat
kecerdasaran intelektual (IQ) yang normal.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan
prosedur ilmiah, namun masih memiliki keterbatasan yaitu :
1. Faktor – fakor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan intelektual dalam
penelitian ini hanya satu, sedangkan masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi tingkat kecerdasan intelektual.
2. Populasi yang merupakan sampel penelitian tidak mencakup seluruh
tahfizh Ma’had Al –Birr Unismuh Makassar.
77
C. SARANf
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa:
1. Pemeluk agama islam dapat meningkatkan bacaan ataupun hafalan Al-
Quran.
2. Diharapkan adanya penelitian lain yang membahas mengenai faktor-
faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kecerdasan intelektual.
78
DAFTAR PUSTAKA
1. Religion on Facts. Islamic Home. [Online] diunduh dari
http://www.religionfacts.com/islam, [Diakses 10 September 2018].
2. Indonesia – Investment. Islam Page. [Online] diunduh dari
https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/agama/islam/item248?,
[Diakses 10 September 2018].
3. PDPPKEMENAG. 2016. Pangkalan Data Pondok Pesantren. [Online]
diunduh dari http://www.pbsb.ditpdpontren.kemenag.go.id [Diakses 13
September 2018].
4. Misbach, Ifa Hanifah. 2008. Antara IQ, EQ, dan SQ. Fakultas Ilmu
Pendidikan : Universitas Pendidikan Indonesia.
5. KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] diunduh
dari http://kbbi.web.id/pusat, [Diakses 15 September 2018].
6. Ali Atarik., Zudhi Ahmad Muhdlor. 1996. Kamus kontemporer Al-Asri.
Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
7. Nawabuddin, Abdurrab. 2005. Teknik Menghafal Al-Qur’an Kaifa
Tahfazhul Qur’an Cetakan ke-5. Sinar Baru Algensindo : Bandung.
8. Rahmatullah’alaih, Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al –
Kandahlawi. Himpunanan Kitab Fadhilah Amal. Ash – Shaff :
Yogyakarta.
9. Sa’dulloh.2008. 9 Cara Praktis Hafal Quran. Jakarta: Gema Insani.
79
10. Sherwood, LZ., 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8.
Jakarta: EGC
11. Crossman AR, Neary D. 2015. Neuroanatomi. Jakarta: Departemen
Neurologi : FKUI.
12. Prasetyono DS. Ultimate IQ dan Personality Test. 2015. Jakarta Selatan:
Suka Buku.
13. Pomerantz AM. Intellectual and neuropsychological assessment. Clinical
Psychology. Illinois: SAGE, 2007:173-183.
14. Schafer EW. Neural Adaptability: A biological determinant of behavioural
intelligence. Int J Neurosci 1982;17(3):183-91.
15. Ismail,Hudzaifah. 2016. Energy al – Qur’an. Penerbit Almahira :Jakarta.
16. Baihaqi, MIF. 2016. Pengantar Psikologi Kognitif. PT Refika Aditama :
Bandung.
17. Fletcher RB, Hattie J. Intelligence and intelligence testing. New York,
USA: Routledge, 2011.
18. Nawabudin, Abdurrab. 1991. Teknik Menghafal Al-Qur’an. Bandung.
Tarsito Baru
19. Al-Ghautsani, Yahya bin Abdurrahman. 2016. Cara Mudah dan Cepat
Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
20. Ubaid, Majdi. 2016. 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Qur’an. Solo:
AQWAM
21. Al-Faruq, Umar. 2014. 10 Jurus Dahsyat Hafal Al-Qur’an. Surakarta:
Ziyad Book.
80
22. Al-Atsari, IB, Choiriyyah, UI. 2016. Ayat-Ayat Allah Pada Tubuh
Manusia. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Asyafi’i.
23. M. Quraish Shihab, et. all., Sejarah dan Ulum Al-Qur‟an, (Jakarta:
Pusataka Firdaus, 2008), hal. 13
24. Iryani, Eva. 2017. Al – Qur’an dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari. Vol.17 No.3
25. Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2007). Psikologi Kognitif.
Jakarta: Erlangga.
26. Julianto, V., & Etsem, M. B. (2011). The Effect of Reciting Holy Qur’an
toward Short-term Memory Ability Analysed trought the Changing Brain
Wave. Jurnal Psikologi, 17-19.
27. Sobur, A. (2003). Psikologi Umum . Bandung : Pustaka Setia.
28. Hussain, L., Jamil, A., Siraji, J., & Maroof, K. (2012). Development and
Standardization of Intelligence Test for Children. International Journal of
Learning & Development, Vol 2 No 5.
29. Lutfah, F. (2011). Hubungan Antara Hafalan A-Qur’an Dengan Prestasi
Belajar Al-Qur’an Hadits Siswa MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh
Tangerang. Jakarta: Skripsi.
30. Rawan, C., & Hertinjung, W. S. (n.d.). Profil Intelegensi pada Santri
Tahfidzul Quran. Prosiding Semnas Penguatan Individu di Era Refolusi
Informasi.
31. Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an dan
PetunjukPetunjuknya, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,1985), hal.35)